Mohon tunggu...
Mohamad Endy Yulianto
Mohamad Endy Yulianto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

chemical

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Khasiat Sejati Teh Hijau Taklukkan Penyakit Mematikan

22 Februari 2024   07:08 Diperbarui: 22 Februari 2024   07:09 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmuwan Vokasi Undip, Mohamad Endy Yulianto (foto dok. pribadi)

Dosen Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Vokasi Undip yakni Mohamad Endy Yulianto kembali menorehkan prestasi Kekayaan Intelektual (KI) dari Direktorat Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi. Acara Apresiasi Kemendikbudristek diikuti oleh seluruh perguran tinggi di bawah Diksi, dengan tema Implementasi Tridharma Perguruan Tinggi di Sahid Jaya Hotel & Convention Yogyakarta.

Ditjen Diksi Kiki Yuliati memberikan pengarahan bahwa program anugerah pemberian penghargaan atas dedikasi dan kontribusi capaian kinerja dosen terkait implementasi Tridharma Perguruan Tinggi. Direktur APTV Beny Bandanadjaja, menambahkan untuk memotivasi dan mendorong perguruan tinggi vokasi dengan meningkatkan kualitas pendidikan. diantaranya capaian Kekayaan Intelektual yang merupakan luaran penelitian dan pengabdian masyarakat.

Endy menyampaikan penelitian hilirisasi yang bermitra dengan industry teh hijau PPTK Gambung dan PT. Rumpun Sari Medini didanai oleh RISPRO LPDP dengan kajian "Pengembangan Mini Plant Super Teh Hijau Kompetitif melalui Proses Inaktivasi dengan menggunakan Mechanically Dispersed-Rotary Steamer". Penelitian dengan TKT (Tingkat Kesiapan Teknologi) 7 -- 9 ini telah menghasilkan luaran berupa TTG steamer-pendingin industry, dokumen bisnis plan, SOP, market study, feasibility study (FS), dan Paten granted no IDS000007201 berjudul "Proses Inaktivasi Enzimatis untuk Pembuatan Teh Hijau menggunakan Steamer Pendispersi Silinder" serta no P00202002255 dengan invensi "Alat Mechanically Dispersed-Rotary Steamer Terintegrasi Pendingin Untuk Proses Inaktivasi Enzimatis" telah diimplementasikan di industri Teh Hijau PPTK Gambung Bandung,

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keprihatinannya terhadap pasar teh dunia yang dibayangi gejala kelebihan pasokan dan biaya produksi cenderung meningkat, mengharuskan para produsen teh untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah. Bahkan masalah lingkungan telah ikut mendorong berkembangnya segmen pasar baru bagi produk teh yaitu konsumen yang menghendaki produk ramah lingkungan dan menyehatkan. Padahal teh merupakan minuman paling populer setelah air, dikonsumsi setiap hari oleh jutaan orang di seluruh dunia. Aspek kesehatan teh juga disorot tajam beberapa tahun terakhir ini sejalan dengan kecenderungan masyarakat mengkonsumsi makanan atau minuman substitusi sebagai imbangan diet kaya lemak dan kolesterol terang Endy.

Endy menuturkan bahwa teh hijau dengan kandungan polifenol seperti: catechin, epicatechin, epigallo catechin, epicatechin gallate, epigallo catehchin gallat dan asam gallat, dinyatakan memiliki aktivitas anti kanker, menjaga kesehatan jantung, bersifat anti oksidan, anti mikroba, memperpanjang masa menopouse, mencegah penyakit kardiovaskular, obesitas dan penyakit degeneratif lainnya. Namun demikian, pengolahan teh hijau di Indonesia pada umumnya memiliki kadar katekin 10,81% berat kering. Kadar katekin teh hijau ini relatif rendah, karena sebagian mengalami oksidasi katekin, degradasi termal, epimerisasi katekin dan pada prinsipnya dilakukan melalui tahapan: panning, penggulungan, pengeringan, sortasi, dan pengepakan.

Namun demikian, tahapan yang paling menentukan kualitas teh hijau adalah proses inaktivasi enzimatis dalam sitoplasma daun teh. Selama ini metode inaktivasi enzim polifenol oksidase dan hidroperoksidase yang digunakan untuk produksi teh hijau di Indonesia adalah panning (penggarangan) dengan kebutuhan energi cukup besar, yaitu 6.097 kJl/kg teh atau setara dengan kebutuhan BBM 0,12 liter IDO/kg teh kering. Kelemahan mendasar metode panning adalah: penetrasi panas tidak mampu menginaktifkan enzim secara keseluruhan, katekin terdegradasi termal, dan dihasilkannya warna teh yang kehitaman karena terdegradasinya klorofil menjadi feofitin papar Endy.

Hasil penelitian bersama Tim Dr.Eng Vita Paramita, ST, MM, M.Eng, Prof. Dr. Eflita Yohana, Dr. Indah Hartati, Dr. Dadan Rohdiana dan Didik Ariwibowo, ST, MT menunjukkan bahwa hilirisasi teknologi inaktivasi enzimatis melalui proses mechanically dispersed-rotary steamer dapat mereduksi konsumsi energi dan meningkatkan produktivitas hingga mencapai Rp.1.620/kg teh hijau. Hasil riset komersial juga mampu meningkatkan kadar katekin dari 10,81% (Panning) meningkat menjadi 17,81% berat kering. Kadar katekin yang tinggi ini sejatinya sangat berkhasiat dalam menggempur berbagai penyakit mematikan. Semoga kedepannya seluruh industry teh hijau akan menggunakan teknologi Steaming nya yang sudah Well Proven, sehingga produktivitas dan kualitas (kadar katekin) meningkat serta lebih menyehatkan terang Endy.

Penghargaan Kekayaan Intelektual (KI) dari Ditjen Diksi (foto dok. pribadi)
Penghargaan Kekayaan Intelektual (KI) dari Ditjen Diksi (foto dok. pribadi)

Tim saat ini telah bekerjasama dengan industri teh hijau Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung di Bandung Selatan dan berbagai industri-industri teh hijau untuk pengembangan produk komersial bubuk teh hijau berkatekin tinggi. Komersialiasi produk inkorporasi diperkirakan juga meningkat hingga 50%, sehingga hasil riset komersial ini bisa bermanfaat untuk industry teh hijau, industry farmasi sebagai bahan baku preparat katekin, pekebun teh dan masyarakat yang mengkonsumsi teh hijau sebagai functional food yang mulai populer pemakaiannya saat ini., tutup Endy.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun