Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

ACC, Bukan Sekadar Lomba Mencari Pemenang

25 Juni 2025   19:44 Diperbarui: 26 Juni 2025   20:53 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atraksi tari Semapur malam penutupan ACC (Dokpri) 

Pembawa acara terus menggugat aplaus dari penonton untuk para pemain yang tengah beraksi di atas panggung. Setiap kali gugatan itu dilontarkan suara tepuk tangan bergemuruh memecah dinginnya malam. 

Sesaat setelah cahaya meredup tepuk tangan membisu, suasana hening, layaknya malam di kaki bukit. Suara tepuk tangan penonton kembali memprovokasi pemain tatkala sinar lampu parabolic alumizied reflector dan beam lighting menyergap legamnya backdrop. Cahayanya berpendar menyebarkan spektrum berbagai warna ke seluruh area panggung.

Tepuk tangan itu bukan sekadar gemuruh suara. Ia memiliki pesan lebih dalam. Tepuk tangan adalah ikatan tak kasat mata antara penonton dan pemain. Ia adalah gema apresiasi, bisikan sanjungan, atau rasa geli dari sebuah lelucon. 

Tepuk tangan jugs bisa jadi derai air mata kebahagiaan atau rasa haru yang tersembunyi. Bagi pelakon panggung tepuk tangan adalah irama euforia yang menarik mereka ke dalam pelukan kebanggaan dan kegembiraan apresiatif. 

Mengimbangi gerak cahaya lampu, seperangkat sistem suara menyulut hentakan musik seakan menghardik kebekuan malam. Pada segmen tertentu irama musik mengalun lembut dan mendayu seolah hendak mengajak cuaca dingin untuk berdamai.

Sekitar sedepa di depan panggung, penonton duduk mendongak dengan tatapan serius dan sikap penuh kepatuhan, laiknya anak-anak kecil di masa lampau yang siap mendengarkan dongeng dari seorang kakek. Mereka duduk rapi di atas hamparan terpal yang disediakan penyelenggara.

Deskripsi di atas merupakan gambaran suasana kegiatan lomba seni pertunjukan antar sekolah. Dua malam anak-anak SD dan SMP dari Kecamatan Terara, Lombok Timur, menunjukkan kemampuan seni mereka di atas panggung. "Art Camp Competition" demikian penyelenggara menyebutnya. 

Art Camp Competition atau ACC adalah sebuah event seni pertunjukan yang melibatkan siswa SD/SMP di sekitar kecamatan yang memasuki tahun kedua pada 2025. Peserta tahun ini pesertanya berasal dari tujuh sekolah. Tahun pertama (2024) hanya melibatkan peserta dari tiga sekolah.

ACC dilatarbelakangi oleh kegelisahan salah seorang guru, Lalu Akhmad Tamlihan bersama guru lain dan anak-anak muda pecinta seni pertunjukan. Kegelisahan itu timbul karena adanya fakta bahwa pelajaran seni di sekolah dan fakta pendidikan pada umumnya, masih ditempatkan pada posisi sekunder, dianggap tidak penting-penting amat. 

Kegiatan bermula dari pembentukan sebuah sanggar seni yang mereka labeli dengan "Sanggar Seni Masmirah". Sanggar ini dibentuk sebagai medium untuk menumbuhkan kecintaan anak-anak sekolah (jenjang SD/SMP dan sederajat) di sekitarnya pada seni pertunjukan, seperti, tari, teater, pantomim, nyanyi, dan apapun yang dapat dipentaskan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun