Sambil berseloroh saya menawarkan pelaksanaan acara dipusatkan di hotel. Peserta rapat tertawa karena mereka tahu itu cuma banyolan.
Rupanya wali murid memilih acara pelepasan dilakukan di sekolah. Sepakat untuk dilakukan di sekolah, wali murid ditawarkan lagi pilihan yang lebih spesifik, di dalam ruangan atau di halaman sekolah. Jika di dalam ruangan sekolah tidak memiliki ruangan yang cukup luas untuk melakukan acara perpisahan. Ruang yang tersedia hanya ruang belajar dengan berukuran 8 X 7 meter. Ukuran itu tidak akan mampu menampung peserta kegiatan. Apalagi acara tersebut diselingi dengan sejumlah pentas tari, drama, dan pantomim yang ditampilkan siswa dari masing-masing kelas.
Secara terbuka sekolah menyampaikan kepada wali murid bahwa anggaran yang tersedia tidak cukup untuk melaksanakan acara perpisahan. Karena sudah bersikukuh sejak awal wali murid menyatakan siap urunan untuk biaya kegiatan tersebut.
Beberapa item pembiayaan dianalisis secara bersama dan transparan. Hasil rapat berujung pada keputusan bahwa acara dilaksanakan sesederhana mungkin. Efisiensi biaya menjadi kata kunci.
Di balik efisiensi itu, sebuah pertanyaan muncul, "Apakah seremonial perpisahan masih diperlukan?"
Acara pelepasan, perpisahan, wisuda, atau apapun istilahnya mungkin terkesan hanya seremonial belaka. Belakangan ini, bagi sebagian orang, acara tersebut kerap dianggap tidak bermakna, hanya buang-buang waktu dan energi.
Acara-acara serupa sebenarnya dapat menjadi ruang refleksi berbagai elemen yang ada di sekolah. Acara pelepasan menjadi saat yang tepat untuk merenungkan kembali liku-liku mengajar guru dan pengalaman belajar siswa. Acara pelepasan dapat mengingatkan kembali bahwa orang tua dan masyarakat memiliki peran penting dalam dunia pendidikan. Melalui momentum ini mereka akan menyadari bahwa "dibutuhkan satu desa untuk membesarkan seorang anak."
Lalu, "Apa pentingnya bagi anak-anak?" Pertanyaan sederhana ini kerap menjadi isu yang beredar liar.
Acara pelepasan bukanlah sekadar proses menyerahkan siswa kembali kepada orang tuanya setelah berhasil menyelesaikan studinya pada satuan pendidikan.
Acara itu, jika dikelola dengan baik, dapat menjadi medium dan ruang pembelajaran bagi anak untuk memupuk rasa tanggung jawab dan kerjasama. Melibatkan anak-anak dalam perencanaan acara akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar menyelesaikan masalah dan tantangan yang mungkin timbul. Ide-ide sederhana tetapi kreatif bisa jadi muncul dari mereka ketika terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Praktik ini sebenarnya telah dilakukan satuan pendidikan.
Setiap kegiatan sekolah pada dasarnya dapat menjadi medium ekspresi, termasuk acara pelepasan siswa. Mengapa?
Pelepasan identik dengan panggung ekspresi. Panggung acara adalah sepetak ruang bagi siswa untuk membuktikan diri bahwa mereka berani berpuisi walaupun dengan nada datar. Di hadapan ratusan pasangan mata siswa mendapatkan kesempatan membuktikan bahwa mereka senang menyanyi walaupun suaranya terdengar aneh.
Panggung acara pelepasan bagi sebagian siswa adalah tempat mereka unjuk kemampuan kepada banyak orang bahwa mereka dapat menjadi komedian, pemandu acara, atau mampu berbicara tanpa kata melalui aksi pantomim. Gerak tari di atas panggung yang ditunjukkan bahwa mereka juga dapat mengekspresikan gerak tubuh meski lucu dan kaku.