Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Japa Mantra dan Peretus: Penolakan Sains?

22 Oktober 2022   13:22 Diperbarui: 22 Oktober 2022   13:31 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Canva for Edu

Namanya Sahidun. Namun lidah warga kampung setempat lebih memilih pengucapan yang gampang. Maka, laki-laki itu lebih akrab disapa Sedon. Generasi satu tingkat di bawahnya menyapanya dengan sebutan Tuaq (Paman) Sedon. Generasi dua tingkat di bawahnya lagi menyebutnya Papuq (Kakek) Sedon.

Sedon sosok pekerja keras. Kesehariannya bekerja sebagai petani. Dia petani yang ulet, rajin, dan selalu bayar utang tepat waktu. Pagi buta dia sudah keluar dari rumah dan menyingsingkan lengan baju di hamparan sawah tempatnya bercocok tanam. Tembakau merupakan tanaman unggulannya. Sebagian sawah garapannya berstatus hak milik dan sebagian lagi lahan sewaan.

Tidak saja dikenal sebagai pribadi ulet, Tuaq Sedon dikenal punya kemampuan luar biasa dalam dunia pengobatan. Kemampuan itu diperoleh dari sang ayah. Sebagian besar warga tahu dan yakin Sedon memiliki kekuatan mantra yang ditiupkan bersama pinyang, kunyahan sirih bercampur pinang (Sasak:red). Hembusan nafas dan sembeq buraq (pinyang yang dioleskan pada kening, telapak tangan, telapak kaki, dan (atau) bagian tubuh lain) mengandung kekuatan di luar nalar sains karena dipercaya mampu menundukkan kecongkakan penyakit ngayah.  

Jika nafasnya sudah ditiupkan pada bagian tubuh yang sakit, hampir tidak ada toleransi untuk membuat ngayah tetap bertengger di permukaan kulit. Ini berdasarkan testimoni sejumlah warga yang pernah membuktikan kekuatan japa mantranya.

Ngayah merupakan penyakit yang muncul pada kulit, semacam cacar air. Ngayah ditandai dengan infeksi berupa ruam berisi cairan yang disertai rasa gatal dan panas. Jika ruam itu tidak keluar, biasanya penderita ngayah akan mengalami demam hebat. Begitu kesimpulan Tuaq Sedon berdasarkan hasil pengamatannya selama bertahun-tahun menjalankan perannya mengobati penyakit ngayah. Istilah ngayah juga digunakan untuk menyebut penyakit infeksi lain dengan gelembung nanah seperti bisul.

Pasien tidak dipungut biaya apapun. Mereka cuma membawa andang-andang--istilah untuk syarat pengobatan--berupa beras seikhlasnya, kapur, sirih, pinang, segulung benang putih, dan uang bolong. Sejak uang bolong langka, uang logam digunakan sebagai pengganti. Dalam perkembangan selanjutnya, karena nilai uang logam menyusut, sekarang diganti dengan uang kertas seikhlasnya. Bagi pasien tidak elok rasanya melengkapi andang-andang dengan kepingan logam seribu atau dua ribu. Tuaq Sedon tidak mewajibkan andang-andang. Andai pasien tidak membawanya Tuaq Sedon akan siap memberikan pelayanannya. Hanya saja dari sudut pandang pasien, andang-andang itu dipercaya dapat membuat japa mantra lebih mandi atau ampuh (efek pengobatan terhadap kesembuhan penyakit akan lebih kuat).

Tuaq Sedon dapat disebut endapan masa lampau sebagai sebagai bukti peninggalan teknik pengobatan tradisional dengan media mantra. Tuaq Sedon mewakili cara pandang masyarakat masa lalu ketika pengobatan secara medis belum ditemukan. Perkembangan teknologi pengobatan medis dan cara pandang masyarakat terhadap sebuah penyakit tidak menggerus secara utuh mantra tersebut.

Sebagian besar orang saat ini mungkin tidak percaya lagi pada japa mantra, kekuatan magis tiupan napas para belian (dukun japa). Dalam sudut pandang medis, pengobatan yang dilakukan para dukun japa dengan media mantra jelas tidak bisa dilakukan. Akan tetapi, pada kenyataannya masih banyak orang yang memanfaatkan jasa ini untuk menyembuhkan suatu penyakit.

Harus diakui, sejumlah kebiasaan dari masyarakat masa lampau atau nenek moyang yang tampak tidak masuk akal untuk menyembuhkan penyakit dengan cara magis masih tetap bertahan. Dalam masyarakat Sasak sendiri, salah satu tindakan pengobatan lainnya dengan cara peretus. Tindakan pengobatan ini dilakukan dengan menarik renggut sejumlah rambut kepala sampai menimbulkan bunyi tertentu. Peretus dilakukan seseorang pada orang yang sakit. Lalu bagaimana kalau orang itu botak? Nah, di sinilah keunikannya. Peretus dapat pula diwakilkan pada orang lain dengan niat menyembuhkan orang yang sedang sakit. Biasanya peretus didahului dengan membaca doa atau mantra tertentu.

Peretus  jika seseorang mengalami ketemuq, suatu rasa sakit yang dialami seseorang karena dipercaya sedang disapa arwah keluarga atau kerabat yang telah meninggal dunia. Ketemuq dipercaya sebagai teguran arwah orang yang meninggal karena dilupakan oleh keluarga atau kerabat yang masih hidup. Sebagian masyarakat Sasak dan, mungkin pada sistem kepercayaan dalam budaya lain di Nusantara, masih percaya bahwa arwah orang yang telah meninggal bisa pulang dan menyapa orang yang masih hidup. Orang yang sedang menghadapi ketemuq mengalami sakit tertentu seperti, nyeri ulu hati yang melilit, sakit kepala yang tetiba menyerang, atau badan menggigil tanpa sebab. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun