Mohon tunggu...
MOH ALFIQRAM
MOH ALFIQRAM Mohon Tunggu... Mahasiswa/Pelajar

Mahasiswa gabut yang tertarik pada dunia bisnis, manajemen, teknologi informasi. aktif membagikan opini, ulasan buku, serta insight seputar pemasaran, akuntansi dan pengelolaan sumber daya manusia. senang belajar hal baru dan berdiskusi dengan pembaca untuk memperluas wawasan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Ternyata Ilmu Pemasaran Nggak Cuma Buat Jualan, Tetapi Buat Ngerti Orang

6 Juli 2025   19:29 Diperbarui: 6 Juli 2025   19:29 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Merchant.ID/Google

Kenalan Dulu Sama Perilaku Konsumen

Di awal kuliah Manajemen Pemasaran, dosen pernah bilang, "Pemasaran bukan cuma soal barang, tapi soal otak dan hati manusia." Dan ya, bener banget. Kita mulai belajar dari model perilaku konsumen yaitu gimana seseorang mulai ngerasa butuh sesuatu, nyari info, mikir-mikir, baru deh beli. Lucunya, proses ini tuh bisa kita alami bahkan pas lagi beli snack di minimarket!

Misalnya nih, kamu ngerasa lapar (problem recognition), terus keinget snack yang sering muncul di TikTok (information search), banding-bandingin harganya di rak (evaluation of alternatives), akhirnya beli yang bungkusnya paling lucu (purchase decision), dan setelah dimakan, kamu mikir, "Enak sih, tapi nggak bakal beli lagi." (post-purchase behavior). Nah, proses ini kelihatan simpel, tapi kompleks banget buat dipahami pemasar.

Faktor yang Bikin Kita Beli Sesuatu (Kadang Nggak Logis, Tapi Manusiawi)

Ternyata, alasan kita beli tuh dipengaruhi banyak hal: mulai dari budaya tempat kita tumbuh, kelompok sosial kita, sampai kepribadian dan nilai hidup kita.

Contohnya, orang Indonesia yang hidup dalam budaya kolektif lebih mikirin pendapat orang lain sebelum beli. Makanya, barang-barang yang bikin "gengsi naik" itu laku banget. Sementara di budaya individualis kayak Amerika, orang lebih bebas milih barang sesuai selera pribadi.

Terus, ada juga pengaruh keluarga dan temen. Coba deh pikir, pernah nggak kamu beli barang gara-gara temen bilang "ini keren banget, worth it pokoknya"? Itu namanya pengaruh kelompok referensi. Dan jangan lupakan influencer yang sekarang jadi pemimpin opini versi zaman now.

Dan satu lagi yang menarik: kepribadian dan gaya hidup juga ikut ngatur belanja kita. Orang yang introvert dan hemat bakal beda banget gayanya dibanding orang yang extrovert dan suka eksplor. Makanya iklan tuh sering banget dipersonalisasi seolah-olah "ini produk tuh kamu banget!"

Emosi, Motivasi, dan Memori: Kunci di Balik Perilaku

Kita juga belajar kalau manusia itu makhluk emosional. Nggak semua keputusan pembelian dibuat dengan logika. Banyak yang karena perasaan. Pernah beli barang cuma karena packaging-nya "menggemaskan"? Atau karena iklannya bikin kamu terharu? Yup, itulah emosi bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun