oleh: Moh Afif Sholeh
Sariman salah satu alumni Pesantren terkenal di Jawa Timur, ketika lulus dari sana, ia merasa masih banyak kekurangan dalam dirinya, sehingga waktu masyarakat memintanya untuk mengajari ibu ibu pengajian, ia menolaknya dengan halus, dengan mengatakan:
"Maaf bu, saya belum pantas mengajari warga sini, ada banyak yang lebih alim dari saya".
"Tidak Nak, kami melihat kamu sudah pantas mengajari Warga yang membutuhkan ilmu Agama."tutur Ibu Rini, ketua Majlis Pengajian.
Sariman merasa belum siap, karena di Pesantren ia termasuk anak yang suka main bola dari pada mengaji, walaupun demikian, ia cukup mampu membaca kitab gundul atau tanpa ada harakatnya.
Masyarakat lebih memilihnya karena ia lulusan Pesantren, dibanding anaknya Kyai daerah itu, yang lebih belajar ilmu umum sehingga tak mampu meneruskan Bapaknya.
Sariman merasa dilema antara mau menerima tawaran atau menolaknya. Terkait desakan masyarakat tadi, ia meminta waktu untuk berfikir terlebih dahulu supaya jawabannya memuaskan.
"Bu, saya akan memberi jawaban setelah 3 hari untuk berfikir dahulu, agar hati ini menjadi yakin dan siap." Tuturnya.
"Iya, silakan, kami akan tunggu jawabannya.
Setelah merenung, mengkaca diri, Ia teringat perkataan Kyainya dulu yang mengatakan: