Malam itu sedang gerimis bercampur udara dingin, si Tarub mampir ke tukang nasgor yang sedang mengantuk karena kecapean.
"Mas, bungkus nasgor, Â telur dipisah, pedas, tambahin kecapnya ya. "ujarnya sambil menatap wajah tukang nasgor.Â
Tukang Nasgor menjawab:"Iya pak".
"ngomong ngomong, keliatannya capek sekali mas."
"Maklum pak, Â selepas Shalat Dhuhur, saya ojek online sampai jam 17.00".
"Lah emang tidak cukup hasil usahanya untuk sehari-hari? "tanya si tarub sambil penasaran.Â
"Sebetulnya sangat cukup pak, Â tapi untuk mengisi waktu saja, hasil ojek online saya tabung untuk masa depan anak-anak saya, kebetulan dari usaha nasgor, untuk membayar cicilan rumah, tinggal sebulan lagi lunas, saya juga meluangkan waktu untuk mengajar mengaji untuk anak yatim, Â maupun anak gelandangan selapas ojek sampai magrib, Â baru saya buka nasi goreng"tuturnya.Â
Dari obrolan singkat ini, Â si Tarub merasa malu, Â karena ia lulusan pesantren, tapi ilmunya tak bisa bermanfaat untuk orang lain seperti tukang nasgor ini, Â karena ia menghabiskan waktunya untuk bekerja saja, setelah pesanannya selesai, di jalan ia merenung tentang dirinya sendiri:"kenapa dirinya kalah sama tukang nasgor?, dan mencoba merubah cara hidupnya agar menjadi lebih baik.Â
Lorong Antrian, Â 17/11/2017, 09.21 Wib.Â