Mohon tunggu...
Moh Subhan MA
Moh Subhan MA Mohon Tunggu... -

fill and success

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Indonesia Butuh Pemimpin yang Bisa Diteladani: Kajian Historis Islam untuk Bangsa Indonesia yang Porak-poranda

15 Juli 2013   05:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:32 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Rasulullah Muhammad Shalallahu alaihi wasalam adalah seorang agamawan, negarawan dan pemimpin yang bijaksana. Jika kita membaca sirah nabawiyah maka akan dapat kita jumpai beribu-ribu teladan yang ditampilkan oleh beliau saat memimpin bangsa jahiliyyah menjadi masyarakat madani yang islamiyah. Bukan saja karena Allah sudah menetapkan beliau sebagai seorang uswah hasanah sebagaimana tertuang dalam Al-Ahzab ayat 21.”Laqad kaana lakum fii rasulillahi uswatun hasanah.”, tapi memang karena prilaku dan akhlak Nabi saw sangat indah dan terpuji.

Sayyidah Aisyah bahkan ketika ditanya tentang akhlak Nabi, beliau menjawab,”Kaana akhlakuhu huwal qur’an.” Akhlak beliau adalah Al-Qur’an. Ungkapan sederhana ini memiliki makna yang sangat dalam, sebab untuk mengetahui  akhlak Rasulullah maka kita harus memahami Al-Qur’an sebab kita tidak pernah berjumpa dengan beliau.  Tanpa memahami Al-Qur’an mustahil kita dapat menggali, meniru dan mencontoh akhlak beliau.

Baginda Nabi Saw adalah sosok pemimpin yang dihormati dan ditaati oleh umatnya, hal itu karena beliau selalu mengamalkan dan mengerjakan apa yang beliau hendak perintahkan kepada umatnya, dan menjadi orang pertama yang meninggalkan apa yang beliau larang. Beliau tidak pernah menyuruh tanpa mencontohkan. Bahkan dalam sebuah hadis riwayat Bukhori, Nabi pernah memberikan contoh bagaimana menguliti kambing yang benar, padahal beliau mau berangkat sholat.

Pemimpin yang menganjurkan dan mencontohkan pengamalan anjurannya dan yang melarang serta mencontohkan menjauhi larangannya, tentu sangat mudah diikuti dan ditaati. (Pada waktu Perang Khandaq, misalnya, para sahabat, dalam keadaan yang sulit dibawah terik matahari, menggali parit atas perintah Nabi, dengan penuh semangat. Ini tentu juga disebabkan karena sang pemimpin tidak sekedar memerintah, melainkan ikut bahkan mengawali mencontohkan dan membantu pelaksanaan perintahnya itu.

Ketika bangsa Arab pra Islam pada waktu itu terjebak dalam ashobiyah yang kental, hingga menimbulkan peperangan dan pertikaian antara suku, Nabi Muhammad s.a.w., Nabi yang penuh kasih sayang yang membawa agama kasih sayang, memperkenalkan kehidupan kemanusiaan yang mulia. Nabi mengingatkan bahwa seluruh manusia berasal dari bapak yang satu yaitu Adam. Tak ada seorang atau sekelompok pun manusia yang lebih mulia dari yang lain. Orang Arab tidak lebih mulia dari orang non Arab. Kulit putih tidak lebih mulia dari kulit hitam. Yang termulia di antara mereka di hadapan Allah adalah yang paling takwa kepadanya.

Mereka yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah berarti dia telah masuk Islam dan disebut muslim. Dan muslim satu dengan yang lain – menurut Nabi Muhammad s.a.w. – bersaudara; tidak boleh saling menghina, tidak boleh saling menjengkelkan, tidak boleh saling melukai. Masing-masing harus menjaga nyawa, kehormatan, dan harta saudaranya. Muslim satu dengan yang lain ibarat satu tubuh atau satu bangunan.

Demikianlah; panutan agung semua orang yang mengaku muslim, Nabi Muhammad s.a.w.mempersaudarakan umat Islam di Madinah antara mereka yang berasal dari suku-suku asli Madinah (Kelompok Ansor dari suku Khazraj dan Aus) dan para pendatang dari Mekkah (Kelompok Muhajirin dari berbagai suku) dan mengadakan perjanjian damai dengan penduduk Madinah yang non muslim. Dengan demikian kedegilan ‘ashabiyah Jahiliyah yang selama ini berakar kuat pun sirna, digantikan oleh kearifan akal budi kemanusiaan yang mulia.

Sifat kepemimpinan Nabi Muhammad saw lebih tegas lagi ditandaskan dalam ayat Al-Qur’an yaitu “Laqadjaa akum rasuulun min anfusikum ‘aziizum alaihi ma’anittum hariishun ‘alaikum bil mu’miniina rauufun rahiim (Benar-benar telah datang kepada kalian seorang utusan dari kalangan kalian sendiri yang berat terasa olehnya (tak tahan ia melihat) penderitaan kalian; sangat menginginkan (keselamatan dan kebahagiaan) bagi kalian; dan terhadap orang-orang yang beriman, penuh kasih sayang lagi penyayang.”

Nabi tak tahan melihat penderitaan umatnya, baik di dunia maupun di akhirat. Maka tak henti-hentinya Nabi menolong dan menyuruh ummatnya menolong mereka-mereka yang memerlukan pertolongan, menyantuni, dan menyuruh menyantuni fakir miskin, anak yatim, janda, dan kaum dhu’afa. Nabi tak tahan melihat penderitaan ummatnya, maka tak henti-hentinya Nabi berbuat ma’ruf, menjauhi kemungkaran, melakukan dan menganjurkan amar ma’ruf nahi munkar.

Nabi tidak tahan melihat penderitaan ummatnya. Nabi yang sudah dua hari tidak makan, ketika mendapatkan makanan, mendahulukan sahabatnya yang senasib. Nabi menangis ketika seorang bocah meninggal. Nabi menanyakan tukang sapu yang cukup lama tak kelihatan. Nabi menjenguk dan menganjurkan menjenguk dan mendo’akan orang sakit. Nabi melayat dan menganjurkan melayat. Bahkan ada riwayat yang menceritakan Nabi melayat seorang pecinta burung yang burungnya mati dan mendoakan agar segera mendapat ganti. Dan, Anda tentu pernah mendengar sabda Nabi Muhammad yang luar biasa ini: “Barang siapa meninggal dan meninggalkan warisan, maka ahli warisnyalah yang berhak atas warisan itu, namun bila meninggalkan utang, akulah yang menanggungnya.”

Pemimpin ideal yang selalu mendahulukan rakyatnya dibanding dengan dirinya sendiri seperti Rasulullah Saw , saat ini sangat dibutuhkan oleh bangsa kita, bangsa Indonesia tercinta.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun