Mohon tunggu...
Muhibuddin Aifa
Muhibuddin Aifa Mohon Tunggu... Perawat - Wiraswasta

Jika Membaca dan Menulis adalah Cara yang paling mujarab dalam merawat Nalar, Maka Kuliah Adalah Pelengkapnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya Hedonisme Kalangan Pejabat, Membuat Penjara Dipenuhi "Koruptor"

27 Agustus 2020   22:45 Diperbarui: 27 Agustus 2020   23:48 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (koranmadura.com)

Bagi sebagian orang, budaya hedonisme sudah menjadi tuntutan hidup, bahkan menempatkannya pada aktualisasi tertinggi. Bisa pamer tas branded dengan merk terbaru dan aysik gonta-ganti barang lain baik pakain, kendaraan dll, menjadi suatu hal yang sangat menyenangkan bagi sebagian kalangan ibu-ibu. Kebiasaan tersebut juga bagian dari budaya hedonisme.

Bagi Bapak-bapak pun, tak kalah dengan ibu-ibu, apa lagi kelas pejabat sudah terbiasa dengan pakaian mewah, mulai jam tangan, sepatu, dll, semuanya bermerk dengan harga puluhan dan bahkan ratusan juta rupiah.  

Tidak sampai di situ, untuk sekedar nongkrong sambil ngopi, mereka juga rela menghabiskan kocek yang tak tanggung-tanggung, barang kali sekali duduk dengan kolegenya bisa menghabiskan uang puluhan juta.

Budaya yang mereka lakukan semata hanya untuk sebuah kepuasan dan secara aktualisasi diri mendapatkan pengakuan tertinggi dari teman-temannya.

Matinya Kepekaan Sosial

Jika hatinya sudah disesaki dengan kepuasan semata, maka yang ada dalam ruang pikiranya hanya untuk mendapatkan barang-barang mewah semata, traveling keujung dunia, kunjungan ketempat hang out yang mewah dll. Untuk mendapatkan itu semua muncullah budaya konsumtif yang berlebihan, tidak berdasarkan pada kebutuhan, tapi lebih kepada kepuasan dan hanya berfoya-foya semata.


Sekitar tahun 2009, saya mencoba ngopi dan sekedar santai di salah satu hotel teranama di Aceh, ketika itu saya hanya memesan dua gelas kopi, satunya lagi buat teman saya. Betapa terkejutnya waktu hendak membayar melihat tagihan bill sekitar Rp.66ribu hanya untuk dua gelas kopi robusta biasa.

Bagi orang kelas bawah seperti saya harga segitu sangat mahal, karena bila kita minum diwarung biasa, harga pergelasnya hanya sekitar Rp.5ribu. Itu hanya contoh kecil berdasarkan pengalaman pribadi penulis.

Dengan kejadian seperti pengalaman saya, bisa kita simpulkan bahwa, kebutuhan sebenarnya hanya Rp.5ribu, sementara Rp.28 ribu lagi itu harga yang harus kita bayar, untuk sekedar bergaya, yang akan menempatkan kita seolah-olah berada pada golongan kelas atas.

Tentunya bisa di bayangkan, betapa banyaknya orang kaya yang menghambur-hamburkan uannya hanya sekedar untuk gaya hidup mewah. Andaikan orang kaya berbelanja sesuai kebutuhan, betapa banyak orang miskin yang akan tertolong. Namun budaya hedonisme yang memasksa diri untuk melakuan konsumtif yang berlebihan, dapat mematikan kepekaan sosial orang tersebut.

Hedonisme Para Pejabat Berujung Penjara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun