Mohon tunggu...
Moch Shidiq
Moch Shidiq Mohon Tunggu... Pendidik di Klaten, penulis buku

Hobby Tenis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pelangi di Grha Bung Karno: Anak-anak Belajar Indahnya Toleransi

25 September 2025   16:13 Diperbarui: 25 September 2025   16:02 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelangi itu hadir di Klaten. Kamis pagi, anak-anak KB Tunas Pertiwi berkunjung ke Pusat Edukasi Kerukunan Umat Beragama di Grha Bung Karno. Dengan wajah polos penuh rasa ingin tahu, mereka belajar arti menghargai perbedaan dan hidup rukun sejak dini. Dari tawa riang dan goresan gambar sederhana, terselip pesan besar: kerukunan adalah warisan terindah yang harus terus dijaga lintas generasi.

Pagi itu, Kamis (25/9/2025), halaman Gedung Grha Bung Karno Klaten tampak lebih ramai dari biasanya. Belasan anak kecil berseragam cerah dengan wajah riang gembira berlarian kecil sambil menggenggam tangan teman-temannya. Mereka adalah anak-anak dari KB Tunas Pertiwi Klaten yang datang berkunjung ke Pusat Edukasi Kerukunan Umat Beragama.

Suasana begitu hangat. Di tengah langkah-langkah kecil mereka, terselip semangat belajar yang tidak kalah besar. Bagi sebagian orang mungkin kunjungan ini hanya outing class biasa. Namun sesungguhnya, kegiatan ini sarat makna. Sejak dini, anak-anak dikenalkan pada nilai kerukunan, toleransi, dan kebersamaan yang kelak akan menjadi bekal penting dalam kehidupan mereka.

Di sudut ruangan, Ketua Paguyuban Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Perempuan Kabupaten Klaten, Hj. Istikomah, M.Pd, menyambut dengan senyum hangat. Ia tampak bahagia melihat antusiasme anak-anak yang penuh rasa ingin tahu.

Foto bareng, anak- anak  menerima penjelasan,setelah pada harian
Foto bareng, anak- anak  menerima penjelasan,setelah pada harian

Pesan dari Hj. Istikomah

Dalam kesempatan itu, Hj. Istikomah menegaskan bahwa kunjungan anak-anak usia dini ke Pusat Edukasi Kerukunan bukan sekadar jalan-jalan biasa, tetapi sebuah langkah strategis.

“Kunjungan ini diharapkan dapat menguatkan nilai-nilai kerukunan dan toleransi bagi anak-anak sejak usia dini. Dengan adanya kegiatan seperti ini, anak-anak dapat memahami pentingnya hidup berdampingan dan menghargai perbedaan,” ujarnya.

Pernyataan itu terdengar sederhana, namun memiliki kedalaman makna. Kerukunan bukan sesuatu yang datang begitu saja, melainkan harus ditanamkan, diajarkan, dan dipraktikkan sejak kecil.

Hj. Istikomah juga menambahkan, kegiatan outing class seperti ini memberikan pengalaman langsung yang berkesan. Anak-anak bukan hanya mendengar penjelasan, tetapi juga melihat, menyentuh, dan merasakan suasana kebersamaan di ruang edukasi tersebut.

Selfi bersama guru dan mengadaka nomen ( Foto : Dik/Isnaeni)
Selfi bersama guru dan mengadaka nomen ( Foto : Dik/Isnaeni)

Menyemai Toleransi Sejak Dini

Mengapa anak-anak usia dini perlu diperkenalkan dengan toleransi? Jawabannya sederhana: usia dini adalah fase emas pembentukan karakter. Apa yang ditanamkan pada periode ini akan membekas hingga mereka dewasa.

Anak-anak yang terbiasa hidup dalam suasana damai dan rukun akan lebih mudah menerima perbedaan. Sebaliknya, jika sejak kecil mereka dibiarkan hidup dalam lingkungan penuh prasangka, kelak akan tumbuh dengan sikap eksklusif bahkan diskriminatif.

Outing class ke Pusat Edukasi Kerukunan ini menjadi sarana belajar yang menyenangkan. Anak-anak diajak berkeliling melihat simbol-simbol rumah ibadah, mendengar penjelasan guru tentang pentingnya menghormati perbedaan, hingga bermain peran sederhana tentang bagaimana cara berteman meski berbeda agama atau latar belakang.

Seorang guru KB Tunas Pertiwi menceritakan, salah satu anak bahkan bertanya polos, “Kalau rumah ibadahnya berbeda, apakah Tuhan kita juga berbeda?” Pertanyaan itu menjadi momentum berharga untuk menjelaskan bahwa setiap agama memang punya cara ibadah berbeda, tetapi semua mengajarkan kebaikan, kasih sayang, dan perdamaian.

Belajar dari Pengalaman Langsung

Hj. Istikomah menekankan bahwa pengalaman nyata jauh lebih kuat dibanding sekadar teori.

“Dengan pengalaman langsung, anak-anak dapat memahami nilai-nilai toleransi, empati, dan kerja sama antarumat beragama. Kegiatan seperti ini dapat membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang lebih peduli dan menghargai perbedaan,” jelasnya.

Anak-anak belajar bahwa perbedaan bukan untuk diperdebatkan, melainkan untuk dihormati. Mereka menyadari bahwa teman yang berbeda agama tetap bisa diajak bermain, belajar bersama, bahkan saling menolong.

Di salah satu sesi, anak-anak diajak duduk melingkar sambil mendengarkan cerita bergambar tentang persahabatan lintas agama. Mereka tampak antusias, berebut menjawab pertanyaan guru, dan bahkan menirukan tokoh-tokoh dalam cerita dengan ekspresi lucu. Dari situ, guru menekankan pesan sederhana: “Meski berbeda, kita tetap bisa bersahabat.”

PKUB dan Peran Perempuan

Kegiatan ini tak lepas dari peran aktif PKUB Perempuan Kabupaten Klaten. Organisasi ini konsisten mendorong program-program yang memperkuat kerukunan lintas iman, termasuk menyasar generasi muda dan anak-anak.

Menurut Hj. Istikomah, kerukunan harus dipelihara tidak hanya oleh pemimpin agama, tetapi juga oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk perempuan dan anak-anak. Karena itu, PKUB Perempuan aktif menjalin kerja sama dengan lembaga pendidikan, terutama PAUD dan sekolah dasar.

“PKUB Perempuan Kabupaten Klaten mendorong sekolah-sekolah PAUD, SD, SMP dan seterusnya untuk menyampaikan arti pentingnya kerukunan antarumat beragama dengan mengajak para siswa datang ke Pusat Edukasi Kerukunan Umat Beragama di komplek Gedung Grha Bung Karno Klaten,” katanya.

Ajakan ini bukan sekadar himbauan formal, melainkan sebuah gerakan. Melalui keterlibatan sekolah-sekolah, diharapkan semakin banyak anak yang mendapat kesempatan belajar langsung tentang pentingnya hidup rukun.

Kerukunan di Tengah Tantangan Zaman

Jika kita melihat realitas masyarakat saat ini, isu perbedaan sering kali menjadi pemicu konflik. Di era digital, anak-anak bahkan sejak kecil terpapar berbagai informasi dari media sosial. Tidak jarang, informasi itu memuat ujaran kebencian atau stereotip terhadap kelompok tertentu.

Karena itu, menanamkan filter positif sejak dini menjadi sangat penting. Pusat Edukasi Kerukunan bisa menjadi salah satu jawaban. Anak-anak dikenalkan dengan narasi damai, bukan kebencian; dengan persahabatan, bukan permusuhan.

Hj. Istikomah menegaskan, bangsa Indonesia hanya bisa berdiri teguh jika masyarakatnya memelihara kerukunan. Mengutip pesan para pendiri bangsa, keberagaman Indonesia adalah anugerah, bukan ancaman.

Kegiatan yang Menggembirakan

Selama kunjungan, anak-anak KB Tunas Pertiwi tak hanya mendengarkan penjelasan. Mereka juga diajak bernyanyi bersama, bermain permainan edukatif tentang kebersamaan, hingga menggambar simbol-simbol perdamaian.

Tawa riang anak-anak mengisi ruangan. Ada yang menggambar tangan saling bergandengan, ada yang membuat gambar rumah ibadah berdampingan, bahkan ada yang menggambar pelangi dengan tulisan “Kita Bersaudara”.

Guru mereka kemudian menempelkan hasil karya itu di dinding, menjadikannya semacam pameran kecil. Pemandangan itu membuat para orang tua yang ikut mendampingi merasa haru. Mereka melihat bahwa anak-anak bisa belajar nilai luhur dengan cara yang menyenangkan.

Harapan untuk Masa Depan

Kegiatan ini menjadi langkah kecil yang diharapkan menumbuhkan dampak besar. Anak-anak yang hari ini belajar tentang toleransi akan tumbuh menjadi generasi yang lebih bijaksana dan terbuka.

Hj. Istikomah menyampaikan harapan agar kunjungan semacam ini terus dilakukan, tidak hanya sekali. Ia berharap sekolah-sekolah lain meniru langkah KB Tunas Pertiwi.

“Semoga kegiatan ini dapat menjadi contoh bagi lembaga pendidikan lain untuk mempromosikan kerukunan dan toleransi di kalangan anak-anak,” ujarnya.

Harapan ini sejalan dengan cita-cita bangsa: membangun masyarakat yang harmonis, damai, dan berkeadaban.

Dari Anak untuk Bangsa

Ada pepatah bijak yang mengatakan, “Jika ingin melihat masa depan bangsa, lihatlah anak-anaknya hari ini.” Kunjungan anak-anak KB Tunas Pertiwi ke Pusat Edukasi Kerukunan adalah cermin bahwa masa depan bangsa ini sedang ditempa dengan baik.

Mereka belajar bahwa meski berbeda keyakinan, tetap bisa duduk berdampingan. Mereka belajar bahwa persaudaraan tidak ditentukan oleh kesamaan agama, tetapi oleh kasih sayang dan kepedulian.

Dalam suasana sederhana itu, kita bisa melihat benih-benih perdamaian sedang disemai. Jika terus disiram dan dipelihara, kelak akan tumbuh menjadi pohon kerukunan yang kokoh menaungi generasi berikutnya.

Penutup: Menyemai Harapan

Hari itu, anak-anak pulang dengan wajah berseri-seri. Mereka membawa pulang bukan hanya hasil gambar, tetapi juga pengalaman berharga tentang arti kebersamaan.

Bagi Hj. Istikomah dan PKUB Perempuan, kegiatan ini adalah bagian dari ikhtiar panjang menjaga harmoni. Bagi guru-guru KB Tunas Pertiwi, outing class ini adalah wujud nyata pendidikan karakter. Dan bagi anak-anak, ini adalah pengalaman indah yang akan mereka kenang.

Di tengah hiruk-pikuk dunia yang sering kali terbelah oleh perbedaan, langkah kecil ini memberi harapan: bahwa masa depan kerukunan bangsa Indonesia dapat terus terjaga, selama kita setia menanamkan nilai toleransi sejak dini.

Moch. Isnaeni/ Shidiq

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun