Di balik keterbatasan sering tersimpan kekuatan besar yang tak terduga. Itulah yang ingin dibangkitkan H. Sukiyat, sosok inspiratif dari Klaten, kepada para penyandang disabilitas. Pesannya sederhana: jadilah difabel tangguh dengan harapan teguh, agar ekonomi ikut tumbuh. Bagi Yamtono, seorang difabel yang hadir, pesan itu bagai bara yang menyalakan kembali semangat hidupnya. yang tak terduga.Â
KLATEN - Suasana di RM Mayar Klaten mendadak hening saat H. Sukiyat, pimpinan Kiat Motor Klaten, menyampaikan pesan motivasi kepada puluhan penyandang disabilitas yang hadir. Dengan suara bergetar namun penuh keyakinan, ia berkata:
"Penyandang disabilitas hendaknya menjadi manusia tangguh, harapan teguh, agar ekonomi tumbuh."
Bagi Sukiyat, keterbatasan fisik bukanlah aib, melainkan anugerah yang justru melahirkan potensi besar. "Cacat bukan penghalang. Justru dari situlah kekuatan itu bisa lahir," tambahnya.
Dari Polio Menuju Karya Besar
Ucapan itu bukan sekadar kata-kata. Sukiyat telah membuktikannya. Sejak usia enam tahun ia harus berdamai dengan polio. Namun dari sanalah lahir tekad baja untuk terus berkarya.
Ia mendirikan Kiat Motor Klaten, merintis lahirnya Kiat Esemka yang pernah menjadi kebanggaan nasional, serta menggagas Alat Mekanis Multiguna Pedesaan (AMMDes) untuk membantu kehidupan masyarakat desa. Jejak langkahnya adalah bukti bahwa keterbatasan bisa berbuah karya besar.
Suara dari Yamtono: "Saya Tak Lagi Minder"
Di antara hadirin, tampak Yamtono, seorang penyandang disabilitas asal Klaten. Selama ini, ia kerap merasa terpinggirkan. "Kami sering dianggap tidak mampu, padahal banyak hal yang bisa kami lakukan," ujarnya lirih.
Namun sore itu, sesuatu berubah dalam dirinya. Mendengar kisah hidup Sukiyat, mata Yamtono berkaca-kaca. "Setelah mendengar Pak Sukiyat, saya jadi lebih yakin kalau keterbatasan bukan akhir, tapi awal untuk bangkit. Saya tak lagi minder," katanya penuh semangat.
Baginya, motivasi itu bukan sekadar penyemangat sesaat, tetapi cambuk untuk membuktikan diri bahwa difabel pun bisa berdaya dan mandiri.
Seruan untuk Pemerintah dan Masyarakat
Sukiyat menekankan pentingnya dukungan konkret: pelatihan keterampilan, fasilitas publik yang ramah difabel, hingga dukungan psikologis. Semua itu demi membangun rasa percaya diri dan kemandirian.
Ia juga mengajak masyarakat untuk mengubah pola pikir. Difabel bukan beban, melainkan bagian penting dari bangsa yang punya potensi luar biasa.
Harapan Baru dari Klaten
Dari ruang sederhana di Klaten, Sukiyat dan Yamtono sama-sama mengirimkan pesan kuat: keterbatasan bukanlah akhir. Dari difabel tangguh akan lahir harapan teguh, dan dari sanalah ekonomi bangsa ikut tumbuh.
Bagi Yamtono dan teman-temannya, pesan itu bukan hanya kata-kata motivasi, melainkan titik balik. Sebuah cahaya kecil yang menyalakan jalan menuju masa depan yang lebih berdaya.
Moch. Isnaeni/Shidiq
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI