Klaten -- Fenomena nilai asesmen sumatif menjadi perbincangan hangat dalam webinar "Rabu Menggebu". Rabu, 9 Juli 2025 menampilkan pembicara tunggal Muh Qomari, fasilitator pembelajaran mendalam Jawa Tengah. Dengan tema yang menyentil, Qomari menyoroti kecenderungan guru masa kini dalam memberikan nilai: apakah benar-benar murni mencerminkan capaian belajar murid, atau sekadar "sedekah nilai"?
Webinar yang diikuti oleh 91 peserta dari berbagai daerah di Jawa Tengah ini berlangsung dinamis di bawah panduan moderator Erni Kartikawati, guru SMKN 4 Klaten. Diskusi menjadi semakin hidup ketika para peserta, mayoritas guru, mulai merefleksikan praktik pemberian nilai di sekolah masing-masing.
Muh Qomari menegaskan bahwa dalam praktiknya, banyak guru saat ini memberi nilai sumatif yang tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan sebenarnya murid. "Ada kecenderungan 'sedekah nilai'. Guru merasa harus memastikan semua murid tuntas KKM, apalagi dengan adanya program remidi. Akhirnya, nilai cenderung 'disesuaikan' agar murid naik kelas atau lulus," tegasnya.
Menurutnya, kondisi ini menjadi tantangan serius dalam membangun budaya belajar yang otentik dan bermakna. Jika nilai hanya menjadi formalitas demi kelulusan, maka makna asesmen sebagai alat pembelajaran dan penguatan karakter akan terdistorsi.
Qomari juga mengajak para guru untuk kembali pada prinsip utama asesmen dalam pembelajaran mendalam---yakni asesmen sebagai bagian dari proses memahami murid, bukan sekadar angka di rapor. "Kita perlu menanamkan kesadaran bahwa nilai itu bukan hadiah, melainkan cermin dari proses belajar yang sesungguhnya," ujar Qomari.
Salah satu peserta, Fajar Indradi dari SMKN 4 Klaten, sempat mengajukan pertanyaan kritis: Bagaimana agar asesmen bisa mengaktifkan murid dalam pembelajaran, bukan sekadar menilai hasil? Pertanyaan ini memperkuat diskusi tentang pentingnya asesmen formatif dan strategi refleksi belajar yang membangkitkan partisipasi aktif siswa.
Webinar ini kembali menjadi ruang refleksi penting bagi para guru untuk tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik dengan integritas. Nilai bukan sekadar angka, tetapi pantulan dari sebuah proses tumbuh bersama. Hal ini sejalan apa yang ditanyakan peserta dari Cilacap Teresia Yuniati yang menegaskan  sebagaiknya guru semakin menyadari bahwa menilai assesmen sumatif itu bukan sekedar angka, melainkan bagaimana membuat murid itu mampu atas hasil capainnya.
Saling melengkapi