Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Panjang Mulud; Antara Religi, Kebersamaan dan Peningkatan Ekonomi

25 Desember 2015   10:20 Diperbarui: 25 Desember 2015   20:26 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika Anda kebetulan melewati jalan di wilayah Banten, yang meliputi daerah Serang, Pandeglang, Rangkas, Cilegon dan Tangerang pada bulan maulud, lantas mengalami kemacetan atau hambatan, anda jangan merasa heran atau bahkan jengkel.

Biasanya pada bulan maulud atau bulan robiul awal menurut perhitungan tahun hijiyah, jalan jalan di wilayah Banten agak terganggngu lantaran banyaknya iring-iringan kendaraan maupun yang tidak berkendaraan yang mengarak ‘’Panjang Mulud’’.

Panjang Mulud adalah tradisi masyarakat Banten dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau biasa disebut ‘’Muludan’’.

Muludan dalam masyarakat Banten bisa berbentuk macam macam, ada yang hanya dengan pelaksanaan Ceramah Agama dan ada juga yang dilakasanakan dengan ekprsi kegembiraan dengan mengeluarkan shodakoh atau sedekah yang dikeluarkan oleh masing masing individu dan dikumpulkan dalam satu Masjid.

Pengumpulannya dilaksanakan dalam waktu yang besamaan sehingga terbentuk iring-iringan, Ada yang cukup digotong beramai ramai menuju Masjid, tapi yang sudah di perkotaan, biasanya pakai mobil sehingga sebelum ke Masjid diarak berkeliling kota, itulah yang dinamakan ‘’Panjang Mulud’’.

Untuk mengiringi Panjang Mulud ini, ada juga yang mengaraknya dengan berbagai kesenian daerah seperti Kendang silat, Mawaris, Qosidahan, rampak bedug, bahkan dangdutpun kadang ikut juga. Kalau sudah begini maka jalan jadi macet bukan karena si komo lewat, tapi karena Panjang Mulud.


[caption caption="replika Menara Masjid Banten dalam panjang Mulud. Sumber; Radar Banten online "][/caption]Barang yang dijadikan sedekah yang paling pokok berupa nasi bakul lengkap dengan lauk pauknya telor, ayam, bebek dan ikan bandeng. Disamping itu, ada juga barang barang lain Sajadah, Sarung, mukena, peci. Baju, Indomie, kue kaleng, uang, kipas angin bahkan ada juga yang bawa lemari pakaian.

Untuk mempercantik penampilan, biasanya dibuat replika atau miniatur berupa Kubah Masjid Banten, Menara Banten, Perahu atau berbagai jenis binatang seperti onta, gajah, kerbau yang hiasannya adalah barang barang yang dijadikan sedekah.

Jika semua sudah terkumpul di Masjid, maka dimulailah acara ritual dengan pembacaan zdikir mulud atau syair Albarzanzi atau pembacaan Marhaban yang didahului ceramah agama serta pembacaan do’a yang dipimpin oleh Kyai atau ustazd di lingkungannya. Setelah selesai dzikir, semua barang diurai dan dikumpulkan untuk kemudian di bagikan kepada seluruh warga dan undangan yang hadir.

[caption caption="Tak lupa, bebek bakar dan telor yang dihias bunga bungaan menyertai panjang mulud. Foto Dok. Rahmatullah."]

[/caption]Panjang Mulud sebagai produk budaya nusantara, sebetulnya dimanapun ada, hanya namanya yang beda. Di Yogya misalnya, ada yang namanya Gerebeg Mulud, bedanya adalah dalam Grebeg Mulud rupa rupa makanan dalam bentuk Gunungan adalah sedekah yang di keluarkan oleh pihak Kraton yang kemudian dijadikan rebutan masyarakat karena makanannya di anggap punya berkah. Sementara Panjang Mulud, sedekah itu di keluarkan oleh warga, dikumpulkan bersama, kemudian di bagi bersama untuk warga.

Tak dipungkiri bahwa kemeriahan Panjang Mulud, ternyata didalamnya punya nilai yakni nilai religious karena didalamnya ada syiar Islam. Disamping itu, Panjang Mulud punya nilai kebersamaan yaitu pembagian barang sedekah tanpa melihat dari mana dan dari siapa barang tersebut. Panjang Mulud juga punya nilai peningkatan ekonomi masyarakat yakni meningkatnya oplah penjualan berbagai komoditi di pasar seperti penjualan ikan bandeng, telur, beras bahkan para pedagang pakaianpun terdongkrak dengan banyaknya pembeli sarung, peci, sajadah, baju koko dan lainnya.

Marhaban Ya Jaddal Husaini....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun