Di sekitar rumah saya, Â adalah tempat mangkal orang yang kerjanya luntang lantung, berpakaian kumel dan tak pernah mandi. Makanpun tidak ada yang ngirim, ada saja makanan yang ia bawa, entah diperoleh dari tempat sampah dimana, pagi berangkat, siang atau sore sudah kembali lagi, tempatnya kadang di emper samping rumah, kadang di emper warung yang saya kontrakkan.Â
Sesekali ia minta rokok ke saya dengan bahasa isyarat sambil tersenyum. Namun terkadang ada juga yang suka usil, diminta untuk pindah,tanpa banyak bicara, ia pergi, tapi malam hari sudah kembali lagi, orang yang melihat, taunya orang ini adalah orang gila alias orang tidak waras.
Suatu hari, saat gerimis rintik rintik, ia duduk santai disamping teras warung, tiba tiba datang seseorang, panggilannya Koper, nama aslinya saya tidak tau.Â
Si Koper rupanya agak terganggu juga dengan adanya orang yang kumel ini, lantas menghampiri sambil berkata,
"Kamu ini orang gila, pergi sana", kata si Koper.
Orang yang dipanggil gila, tidak bergeming, malah tersenyum kepada Koper.Â
Lantaran tidak bergeming, Koper membentak,
"Dasar gila, kamu punya telinga ngga, ayo pergi sana",Â
Tentu saja, bagi orang yang dianggap gila ini, bentakan apapun tidak berpengaruh, boleh dibilang tidak ada takutnya. Si Koper tambah penasaran, nada bicaranya sudah mulai keras,Â
"Sompret kamu ini, dasar ngga waras, Siapa nama kamu...!", bentak si koper sambil menakut nakuti dengan gagang sapu yang ia ambil dari depan warung.
Ditanya nama, si gila kelihatan tambah bingung, mungkin dalam pikirannya, apa hubungannya dengan nama segala. Si gila malah dengan asyiknya nyulut puntungan rokok yang didapat dari usaha jerih payah memungut dari sembarang tempat.