Mohon tunggu...
Mochammad Mukti Ali
Mochammad Mukti Ali Mohon Tunggu... CEO Global Teknik Engineering dan Rektor Universitas INABA

Guru Besar di Global Academy of Financial and Management (GAFM) pada bidang Strategi Manajemen Bisnis dan Manajemen Pemasaran

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Mengapa SHELL Menjual Seluruh Bisnis SPBU-nya yang Ada di Indonesia ???

24 Mei 2025   08:03 Diperbarui: 24 Mei 2025   08:03 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SPBU Shell (Dok. Kompas Money)

Bisnis SPBU memiliki marjin yang relatif rendah, intensif pada aset, serta sangat tergantung pada regulasi dan dinamika harga BBM yang fluktuatif. Di sisi lain, segmen pelumas justru menunjukkan pertumbuhan yang stabil, loyalitas pelanggan yang tinggi, serta nilai tambah yang besar per unit produk.

Shell melihat bahwa potensi pertumbuhan dari produk pelumas, baik untuk otomotif, industri, maupun sektor komersial jauh lebih menjanjikan dan lebih mudah disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan melalui inovasi produk dan layanan purna jual. Dalam konteks ini, Shell mengidentifikasi bahwa segmen pelumas (lubricants) menawarkan potensi pertumbuhan yang jauh lebih besar dibanding SPBU.

Menurut Kline & Company (2023), Shell adalah pemimpin pasar pelumas global selama 16 tahun berturut-turut. Di Indonesia, Shell memiliki pabrik pelumas modern di Marunda, Bekasi, yang mampu memproduksi 136 juta liter per tahun dan melayani kebutuhan domestik dan ekspor Asia Tenggara. Produk pelumas seperti Shell Helix, Shell Rimula, dan Shell Advance memiliki nilai tambah tinggi dan loyalitas merek yang kuat.

Sejalan dengan prinsip Blanchard, Shell memilih untuk menutup kesenjangan antara hasil bisnis aktual dan aspirasi strategis jangka panjang dengan meninggalkan sektor SPBU dan fokus pada bisnis pelumas yang lebih scalable, margin tinggi, dan berorientasi masa depan.

Dengan demikian, menjual operasional SPBU bukanlah bentuk penarikan diri dari pasar Indonesia, melainkan strategi pemfokusan ulang pada lini bisnis yang memiliki peluang lebih besar untuk memperkuat posisi pasar dan menghasilkan margin yang lebih tinggi, sesuai dengan prinsip Blanchard: menutup gap antara aktivitas saat ini dengan sasaran strategis jangka panjang.

Mengelola Risiko dan Efisiensi Operasional

Dalam kerangka buku Zap the Gaps, Blanchard juga membahas perlunya menyelaraskan sumber daya organisasi dengan strategi yang efektif. Operasional SPBU menuntut investasi besar untuk infrastruktur, pengelolaan SDM di lapangan, logistik, serta pemenuhan kepatuhan regulasi yang tinggi. Blanchard menyarankan bahwa salah satu cara menutup kesenjangan adalah dengan menghilangkan hambatan struktural dan operasional yang menghambat kinerja organisasi.

Dalam bisnis SPBU, Shell menghadapi permasalahan operasional berupa tingginya biaya operasional dan logistic, tekanan regulasi harga BBM dari pemerintah, persaingan sengit dengan Pertamina dan Vivo, serta perubahan perilaku konsumen ke arah elektrifikasi kendaraan. Permasalahan operasional tersebut sudah pasti akan menyebabkan risiko yang besar bagi keberlangsungan Perusahaan. Dengan melepaskan unit bisnis tersebut, Shell dapat mengalihkan sumber daya tersebut untuk memperkuat kapabilitas riset, distribusi, dan pemasaran pada lini pelumas dan mengurangi risiko operasional. Hal ini sejalan dengan tren transformasi bisnis global Shell yang ingin menjadi penyedia solusi energi dan mobilitas berkelanjutan, termasuk melalui produk pelumas hemat energi dan ramah lingkungan.

Transformasi dan Reposisi Global

Keputusan ini juga merupakan bagian dari transformasi global Shell. Dalam dokumen Powering Progress (Shell, 2021), perusahaan menegaskan visi untuk menjadi penyedia solusi energi bersih dengan fokus pada efisiensi energi, bahan bakar rendah karbon, dan produk bernilai tinggi.

Buku Zap the Gaps! menyebutkan bahwa perubahan organisasi bukan hanya soal memperbaiki kekurangan, tapi juga menyusun ulang arah strategi berdasarkan visi jangka panjang. Dengan fokus pada pelumas, Shell juga memosisikan diri dalam industri otomotif masa depan, baik untuk mesin bakar internal maupun kendaraan listrik yang masih membutuhkan pendingin dan pelumas khusus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun