Mohon tunggu...
Mochammad Adam Soal Hawq
Mochammad Adam Soal Hawq Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Kehutanan Universitas Gadjah Mada angkatan 2025

Selanjutnya

Tutup

Nature

Peduli Terhadap Spesies

3 Oktober 2025   19:22 Diperbarui: 3 Oktober 2025   19:29 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Populasi spesies hewan di darat, laut, dan udara terancam punah, akibat tindakan manusia, tercatat pada data populasi yang terancam punah sebanyak satu juta spesies.  Kita sebagai penghuni bumi sudah sepantasnya untuk meningkatkan kesadaran tentang ancaman terhadap spesies hewan yang ada di muka bumi ini, serta menantang perilaku negatif manusia seperti perusakan habitat hewan dan tumbuhan, dan mendukung inisiatif yang mendorong masa depan yang positif bagi alam, sehingga manusia sendiri bisa merasakan efek timbal balik dari apa yang dia lakukan.Hal ini tentunya bukan perkara yang mudah. Mengutip apa yang dikatakan P.J. Ucko, Direktur Institut Arkeologi di University College London,garis batas antara manusia dan hewan tidak akan pernah tegas dan jelas. Maka, manusia akan selalu melakukan usaha-usaha untuk mendefinisikan ulang dirinya berdasarkan eksistensi hewan. Hal ini ditunjukkan dari produk budaya masyarakat dalam kaitannya dengan relasi terhadap hewan.

Terjadinya krisis kehidupan liar akibatnya dikarenakan oleh akitivitas manusia seperti perburuan dan perdagangan ilegal, perubahan iklim, polusi dan sampah yang mengakibatkan dampak buruk yang signifikan pada spesies hewan di darat, laut, dan udara.

1. Perburuan dan Perdagangan Ilegal

Kegiatan perdagangan satwa illegal muncul karena permintaan yang tinggi baik dari level domestic maupun internasional. Kegiatan ini meraup cuan yang besar dan cenderung meningkat sejalan dengan perkembangan teknologi sebagai instrument pemasaran. Hal ini merupakan kejahatan serius, terorganisir, dan memiliki jaringan luas serta dianggap sebagai bisnis yang memiliki risiko kecil, tetapi memberikan keuntungan besar. Modus operandinya melalui berbagai jalur, seperti pasar satwa, komunitas pecinta satwa, dan perdagangan online (sosial media). 

2. Perubahan Iklim

Perubahan iklim adalah fenomena global yang diakibatkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Salah satu dampak signifikan dari perubahan iklim adalah penurunan keanekaragaman hayati(Tarmidi, 2022).Menurut Krismono & Pranowo (2019), perubahan suhu, pola curah hujan, dan frekuensi bencana alam berkontribusi terhadap perubahan habitat alami, yang pada gilirannya memengaruhi spesies-spesies yang ada di dalamnya. Hal ini menunjukkan bahwa dampak perubahan iklim tidak hanya bersifat langsung, tetapi juga berimplikasi pada keseluruhan ekosistem.

3. Polusi dan Sampah

Kehadiran sampah merupakan salah satu persoalan yang dihadapi oleh masyarakat modern. Dalam konteks keberlanjutan dan perlindungan lingkungan hidup, masalah sampah menjadi isu yang sangat penting. Keberadaan sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, terutama terkait dengan faktor kebersihan, kesehatan, kenyamanan, dan keindahan (estetika).

Dengan adanya aktivitas manusia yang berdampak negatif kepada ekosistem alam, mengakibatkan adanya kepunahan pada spesies hewang yang ada di muka bumi, bahkan walaupun suda dikategorikan hewan dilindungi akan tetapi manusia tetap memburunya untuk kepentingan ekonomi. Berikut adalah hewan-hewan yang dikategorikan kedalam hewan yang akan punah :

1. Orang Utan

   Saat ini, orangutan Kalimantan terancam punah. The World Conservation Union (IUCN, 2002) mengkategorikan orangutan Kalimantan sebagai spesies yang hampir punah. Ancaman terbesar kepunahannya adalah hilangnya habitat alami orangutan akibat konversi hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan, pertambangan, maupun perumahan. Serta adanya penjualan orangutan secara ilegal. Seluas 1,87 juta ha hutan Indonesia hilang setiap tahun akibat perluasan sektor perkebunan yang menghancurkan hutan alam sehingga hilanglah habitat orangutan dan merosot pula jumlahnya. Taman Nasional Tanjung Puting adalah satu-satunya hutan dataran rendah yang dilindungi di Kalimantan Tengah dan sekarang justru menjadi sumber kayu komersial liar yang berlimpah. Sebagai konsekuensi penebangan liar yang merajalela itu, Taman Nasional yang dilindungi pun mengalami kerusakan parah. Kawasan lindung bagi spesies langka ini, banyak yang rusak karena kayu-kayunya ditebangi untuk kemudian dijual. Lebih dari 500 ekor orangutan Kalimantan (Pongo Pygmaeus) beredar di pasaran setiap tahun, padahal satwa ini tercantum dalam appendix I CITES atau spesies sangat langka dan dilindungi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun