Mohon tunggu...
Mochamad Toha
Mochamad Toha Mohon Tunggu... Jurnalis - Kini bekerja di Forum News Network

Jurnalis di Forum News Network. Jika ingin jadi teman, cukup tulis: toha.forum@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyibak Potensi Pasir Besi Jawa Timur

6 Oktober 2015   20:36 Diperbarui: 6 Oktober 2015   20:36 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kapasitas produksinya bisa mencapai sekitar 50 ribu ton/bulan. Pengusaha asal Cina dan Korea Selatan sekarang ini memang sedang memburu pasir besi di Jatim. Di Tulungagung Selatan juga mempunyai pasir besi seluas 60 hektar. Sebagian potensi tambang ini berada di pemukiman warga yang tinggal di sekitar pantai.

Di Trenggalek dan Tuban juga memiliki pasir besi dengan luas yang hampir sama dengan di daerah Jatim lainnya. Semua lokasi pasir besi di Jatim itu rata-rata memiliki kedalaman 8 meter. Menurut surveyor yang sudah mendatangi semua pantai tersebut, setiap lokasi itu diperkirakan mengandung pasir besi sekitar 6 juta ton yang bisa dieksplorasi selama 5 sampai 10 tahun.

Sayangnya pemerintah kurang peduli pada potensi “emas hitam” tersebut. Pemerintah tak begitu memperhatikan salah satu bahan baku besi-baja yang mulai diburu pengusaha dunia ini. Potensi pasir besi itu hingga kini belum tersentuh benar. Padahal, besi sekarang sudah seperti emas, karena harganya mulai tinggi di pasar dunia.

Masih enggannya investor untuk menggali potensi alam ini karena masih belum adanya dukungan infrastruktur dan sarana penunjang lainnya seperti pelabuhan. Sebelum melakukan eksplorasi, pemerintah biasanya meminta kepada investor supaya membangun pelabuhan. Tapi yang dikhawatirkan investor ini adalah bila sudah dibangun dan melakukan eksplorasi, di tengah jalan tiba-tiba diambil-alih pemerintah.

Padahal, hasil yang bisa diperoleh dari eksplorasi pasir besi diantaranya, selesai kontrak pemerintah dapat memiliki pelabuhan sendiri. Juga bisa mengembangkan pariwisata pantai. Selain Jatim, sebagian pantai di Jawa Barat (Jabar), Banten, Sumatera Barat (Sumbar), dan Bengkulu, juga memiliki potensi pasir besi yang lebih besar.

Adanya kelangkaan bahan baku besi-baja membuat pengusaha asal Cina, Korea Selatan, dan Jepang tertarik untuk eksplorasi pasir besi di Indonesia. Selama ini banyak pabrik besi-baja di dunia, termasuk di Indonesia, hanya bisa mendaur ulang besi-tua yang tersedia di masyarakat.


Setidaknya, sebanyak 70 persen kebutuhan bahan bakunya masih berupa besi-tua. Sisanya, 30 persen, berupa material lain. Sementara kebutuhan terhadap bahan baku tersebut cukup tinggi. Bahan baku yang dibutuhkan pabrik besi-baja yang ada di Indonesia ini setiap bulan sekitar 250 ribu ton besi-tua.

Sementara bahan baku yang tersedia di Indonesia cuma separuh dari kebutuhan, yaitu sekitar 125 ribu ton. Sisa kekurangannya selama ini diperoleh dengan impor dari Australia, India, Rusia, Jerman, dan negara Eropa lainnya. Bahan baku ini pun belakangan ini mulai berebutan dengan Cina yang sedang giat membangun infrastruktur di negerinya.

Sebab, saat itu banyak pabrik besi-baja yang dibangun di sana. Sebagian produk Indonesia juga banyak yang diekspor, termasuk ke Cina. Sementara produk besi-baja Indonesia sampai sekarang ini baru sekitar 330 ribu ton/bulan. Di Jatim, baru ada PT Ispat Indo yang mampu memproduksi sekitar 60 ribu ton/bulan.

Sedangkan 4 pabrik lainnya, PT Hanil Jaya, PT Jatim Steel, PT Alim Steel, dan PT Master Steel, masing-masing baru mampu produksi sekitar 30 ribu ton/bulan. Jadi, total produksi ke-5 pabrik itu hanya sekitar 150 ribu ton/bulan.

Juga, pabrik yang ada di Jakarta dan sekitarnya, seperti PT Garuda Master Steel dan 3 pabrik lainnya rata-rata hanya mampu memproduksi sekitar 30 ribu ton/bulan. Yang terbesar adalah PT Krakatau Steel yang mampu menyamai Ispat Indo, sekitar 60 ribu ton/bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun