Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Home Pilihan

Tetangga Kok Gitu?

19 Oktober 2022   19:49 Diperbarui: 19 Oktober 2022   19:50 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tetangga lebih sering diidentikkan dengan orang yang suka kepo. Bahkan kadang sampai tidak mempedulikan privasi orang lain. 

Budaya kampung memang masih sering terbawa walaupun sudah hidup di kota.  Kalau di kampung, mau tahu urusan orang lain tidak mengganggu. Kalau di kota kan beda. 

Sehingga ada teman yang lebih suka hidup di apartemen. Bukan hanya tidak memiliki tetangga yang kepo, tapi malah tidak memiliki tetangga sama sekali. Seneng tidak diribetin dengan sikap kepo tetangga. Tapi, akibatnya dia sering merasakan kesepian juga. 

Saya sendiri lebih suka hidup di kampung.  Hidup di gang senggol. Kalau ada motor lewat, suaranya nyambung hingga kamar tidur. 

Abis kerja, di rumah duduk di depan rumah. Selalu ada saja yang menyapa. Kadang juga ngajak ngobrol. Entah bermaksud ngobrol beneran atau cuma butuh rokok gue. 

Yang jelas, ngobrol dengan tetangga juga menjadi obat capai kerja. Bisa juga untuk penyaluran kesumpekan.  Menjadi obat sakit mental juga. 

Mereka baik kok. Kalau lagi gak punya rokok mereka bawain. Kadang juga ngebantuin kalau lagi butuh bantuan. 

Sudah empat kali pindah tempat di Jakarta. Kepindahan bukan karena tetangga tapi karena ekonomi. Rumah dijual untuk diwaris kemudian beli baru. Ngontrak juga karena punya keluarga sendiri. Dan akhirnya punya rumah sendiri. 

Paling kalau ketemu untuk berjamaah solat subuh di musola komplek. Bukan lagi seperti tetangga tapi sudah seperti keluarga. Terasa ada yang hilang jika mendadak ada yang tidak subuhan. 

Tetangga kok gitu? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun