Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kritik

6 Juli 2021   07:58 Diperbarui: 6 Juli 2021   08:01 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laki-laki itu sebentar duduk lalu berdiri lagi. Berjalan ke arah jendela ruang kantornya, tapi kemudian balik ke tempat duduk lagi. Wajahnya dilipat entah sudah berapa lipatan. Teh manis yang biasanya sudah tinggal setengah, kali ini masih teronggok begitu saja. 

Hati laki-laki itu pasti sedang gundah. Persoalan yang menjadi penyebabnya sebetulnya sepele. Teman dekat yang selama ini selalu bersama, bahkan sudah seperti saudara sendiri, melontarkan kritik terhadap apa yang sedang dilakukan nya. 

Kritik itu dilakukan pada saat rapat dengan pimpinan.  Jadi, laki-laki itu merasa malu karena ditelanjangi oleh sahabatnya sendiri di depan pimpinan. 

Jika bukan karena sahabat, laki-laki itu sudah pasti akan balik melontarkan kritik yang mematikan terhadap pengkritiknya itu. Bukan persoalan sulit karena laki-laki itu memang seorang orator berbakat sejak masih menjadi ketua osis di sekolah SMA dulu. 

Tapi, laki-laki itu masih merasa bahwa dia tak boleh melakukan itu terhadap sahabatnya. Sehingga, Laki-laki itu sendiri bingung kenapa justru sahabatnya itu melakukan sesuatu yang selalu dicoba untuk dihindari dirinya. 

Ya, laki-laki itu tahu banyak kelemahan sahabatnya. Akan tetapi, dia tidak mau merusak persahabatan dengan kritiknya. Bagi laki-laki itu, persahabatan lebih penting dari segala nya. 

Di ruang lain, sahabat laki-laki itu justru merasa aneh dengan apa yang terjadi terakhir ini. Setelah dirinya mengkritik laki-laki yang selalu dianggap sebagai teman yang lebih dari sekedar teman itu, kini ada jarak yang dirasakan. 

Padahal, sahabat laki-laki itu yakin jika kritik yang dilakukan nya adalah upaya untuk menyelamatkan laki-laki itu dari kemungkinan fatal akibatnya nanti. Dan sahabat laki-laki itu benar-benar tidak mengerti. 

Sudah sering kita mendengar bahwa tak akan maju, baik orang, lembaga, atau sebuah bangsa jika tidak bisa mengelola kritik. Dengan kata lain, kritik adalah jalan yang harus dilalui jika ingin mencapai sebuah kemajuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun