Tidak. Aku tak ingin kau membuang buang air mata itu. Terlalu mahal air matamu hanya untuk persoalan sepele.Â
Iya. Dia harusnya menjadi persoalan sepele untukmu. Tak ada manfaatnya sedikit pun jika kau tetap mempertahankan dia. Kau justru akan ditimpa oleh penderitaan yang silih berganti.Â
Kau telah meminum racun kalau tetap tak bisa berpikir jernih. Ada persoalan di hati kamu yang harus kau sembuhkan terlebih dahulu. Dan kau harus menyadari itu.Â
Tanpa kau sadari semua upaya akan menjadi sia sia. Â Kau akan tetap seperti itu. Kau akan terkurung dalam dua dunia. Duniamu sendiri dan dunia dia.Â
Mundurlah sedikit untuk bisa melangkah ke depan lebih banyak. Renung renungkanlah sekadar beberapa saat. Toh, kita diberi Tuhan akal untuk menghadapi kejadian seperti ini. Tuhan selalu memberikan potensi untuk menghadapi semua tantangan yang ada dalam setiap detik kehidupan kita.Â
Aku sangat menyayangimu? Iya. Tidak bisa kubantah. Semua orang tahu. Kamu juga tahu, tapi selalu berusaha untuk tidak mau tahu. Tak apa. Karena aku memang tak ingin melukai memiliki kamu. Apalagi kalau hanya ingin memiliki tubuhmu. Tidak. Tidak seperti itu.Â
Jadi, jangan berprasangka aku membantumu karena mengharapkan sesuatu yang akan diberikan oleh mu. Apalagi kalau kamu kemudian terpaksa belaka.Â
Teruskan hidupmu. Hidup yang membuatmu bahagia. Kebahagiaan mu itulah yang membenihkan kebahagiaan dalam hidupku. Itu saja. Titik.Â
Hapus air matamu itu. Terlalu mahal air matamu kalau hanya untuk orang yang telah membuat mu luka. Terlalu mahal.Â
Lihatlah matahari pagi itu. Selalu memberikan keceriaan yang sudah teramat lama kamu lupakan. Saatnya kini kamu kembali. Menatap pagi dengan senyuman paling abadi.Â