Persoalan Perpres yang lebih terkenal dengan Perpres investasi miras sudah selesai setelah Presiden Jokowi mencabut lampiran Perpres tersebut. Sebuah petunjuk bahwa Presiden mendengar aspirasi yang berkembang di masyarakat.Â
Ada orang orang di lingkaran Presiden yang kurang cakap dalam bertindak menjadikan hal seperti ini menimbulkan kegaduhan yang sebetulnya tidak perlu jika setiap persoalan dipikirkan dengan matang. Mungkin Presiden sendiri harus berani menyingkirkan benalu benalu yang menempel di sekitar beliau.Â
Salah satu tanggapan paling keras datang dari Amien Rais. Tokoh yang pernah didaulat sebagai Bapak Reformasi tapi masih sibuk dengan urusan urusan partai politik ini menyoroti peran Maruf Amin sebagai wakil presiden.Â
Amien Rais yang barusan mendirikan Partai Umat setelah didepak dari PAN sebagai partai yang pernah dibesarkan nya itu meminta peran besar Maruf Amin sebagai wakil presiden yang sekaligus ulama ahli fiqh. Seperti sedang meledek peran Ulama yang ada di dalam pemerintahan.Â
Persoalan investasi miras ini memang sudah dijadikan senjata yang mengarah SARA. Seandainya tak ada seorang ulama besar yang duduk sebagai wakil presiden, mungkin serangan SARA akan lebih kencang lagi.Â
Bahkan munculnya hoaks tentang Kyai Ma'ruf pun diedarkan oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab. Persaingan Pilpres seakan tak ada ujungnya.Â
Petualang petualang politik memang mendapatkan momennya. Ada amunisi gratis yang disediakan oleh orang orang dungu di dalam pemerintahan sendiri.Â
Presiden merespon kegaduhan itu dengan bijak. Lampiran Perpres yang menyangkut investasi miras pun dibatalkan.Â
Pembatalan ini merupakan peran besar dari wakil presiden yang seorang ulama. Tak mungkin sebagai ulama, Maruf Amin akan membiarkan kebobrokan moral akibat miras akan dibiarkan.Â