Sialan bener si Dorman. Ngerjain Kamdi gak tanggung tanggung.Â
Ceritanya begini.Â
Kamdi kalo lagi ngibul suka ngerasa paling hebat. Waktu teman temannya cerita sudah pernah ke Surabaya, Kamdi langsung nyamber.Â
"Pernah tinggal di Surabaya. "
"Kapan, mdi? "
"Waktu masih muda dulu. Gue suka keluyuran ke mana-mana. Pokoknya setiap gang di Surabaya gue apal. "
Kalau belum pernah ngobrol sama Kamdi orang pasti percaya. Â Kamdi kalau cerita meyakinkan.Â
Kalau ada temannya yang pernah ke Medan. Kamdi juga cerita sudah berkali-kali ke Medan. Cerita nya selalu pengin lebih.Â
Ketika temannya cerita udah pernah main ke pelacuran, Kamdi juga bilang sudah berkali-kali main perempuan.Â
Nah dari sini mulai lah cerita nya.Â
Dorman kesel banget sama kelakuan Kamdi. Jadi sekali sekali Dorman pengin ngerjain Kamdi.Â
"Sudah berapa kali kau main perempuan? "
"Tak terhitung lah. "
"Sekarang masih suka main perempuan? "
"Kadang. Kalau lagi kesel sama bini. "
"Berani? "
"Kenapa harus takut bini kayak si Jae? "
Dorman kemudian pamit pulang sebentar dari pos ronda. Katanya belum sempat makan malam.Â
Ketika balik lagi, teman teman nya masih pada serius cerita. Termasuk Kamdi yang suka ngebual.Â
"Berani tunjukin keahlian ente, Kamdi? "
"Siapa takut? "
"Gue punya teman cewek. Gue sering ngajak dia kencan. Coba ente telepon, terus ajak kencan juga ya? "
"Siapa takut? "
Setelah pencet pencet nomor di HP nya Dorman memberikan ponselnya ke Kamdi.Â
"Halo."
"Ya, haloo. "
"Siapa namanya? " Kamdi berbisik.Â
"Lina."
"Hai Lina, aku Kamdi nih. "
"Oh, Mas Kamdi. Ada apa, Mas? "
"Bisa kenalan? "
"Bisa. Lebih juga boleh. "
"Boleh ketemuan dong? "
"Boleh."
Muka Kamdi mulai berubah. Nada suara nya kok kayak kenal?Â
"Kapan bisa ketemu? "
'Sekarang juga bisa. "
"Dimana? "
"Di rumah. "
Twing. Kamdi baru sadar. Suara di ujung sana memang suara istrinya di rumah.Â
Sialan Dorman!Â
Tapi sejak saat itu Kamdi tidak lagi ngomong sok. Semua sudah tahu, bagaimana dan apa yang terjadi di rumah Kamdi sepulangnya dari pos ronda.Â