Kemudian Rio menemaiku. Walaupun aku tak bisa memberinya utuh. Kamu terlalu jauh mendiami relung hati ini.Â
Aku terlalu mencintaimu.Â
"Sudah cukup waktumu menunggu. Haruskah menunggu tanpa akhir? "
Rio juga baik. Terlalu baik. Tapi entah kenapa justru kebaikan itu selalu mengingatkan sosok mu.Â
Malam nanti Rio akan datang bersama keluarga nya untuk melamarku. Untuk menggantikan mu dalam sisa hidupku.Â
"Kini aku tak bisa memegang janjimu lagi. Janji laki-laki selalu melukai. "
"Mungkin kah rasa itu pergi? " tanyamu waktu itu sambil memelukku dari belakang.Â
Waktu itu kita berada di Puncak Mahameru. Â Lama sekali aku menatapmu karena tak percaya kamu memiliki pertanyaan seperti itu. Apakah pertanyaan itu sebetulnya ditujukan untuk dirimu sendiri? Mungkinkah saat itu ada jalan lain yang hendak kau tempuh?Â
Seluruh keluarga ku sudah berkumpul di ruang tamu untuk menyambut keluarga Rio yang sudah dekat. Aku masih di kamar dalam hati yang masih ragu. Dalam jiwa yang gagu.Â
"Ayo keluar, " ajak adikku.Â
Dituntunnya aku ke ruangan itu. Ruangan yang terasa begitu hampa. Hampa sekali.Â
"Mungkin rasa itu telah pergi. "