Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ada yang Dengerin Omongan Menteri Gak, sih?

8 Oktober 2020   06:09 Diperbarui: 8 Oktober 2020   06:29 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kabinet Jokowi-Maruf Amin. Kompascom

Pusing juga baca berita akhir akhir ini. Saling silang tak karuan. Terus kita harus percaya berita yang mana? 

Pemimpin itu harus dipercaya. Pemimpin yang tak dipercaya itu percuma. Malah, akan lebih baik jika tak ada dia. 

Seorang menteri itu juga pemimpin. Mereka bukan orang sembarangan. Mereka orang pilihan. Kenapa orang pilihan, karena mereka lah orang orang terbaik di bidangnya. Tak ada lagi yang lebih baik. 

Tapi, itu pada tataran idealnya. 

Kenyataannya, mereka kadang malah kadang seperti orang bingung. Apalagi kalau presiden sudah bertahun-tahun punya gagasan tapi tak kunjung diterjemahkan oleh Menteri bidangnya, terus kok bisa begitu? 

Lebih pusing lagi saat ini. Semua Menteri. Ya, semua Menteri ngomong sesuatu yang berkebalikan dengan apa yang berseliweran di luaran. 

Terutama tentang UU Cipta Kerja yang baru saja disahkan di DPR. Tentang cuti kerja, tentang tenaga kontrak, tentang lingkungan hidup, tentang UKM, dan masih banyak lagi. 

Ada sih, kok sepertinya para menteri itu gak nyambung? 

Kemungkinan memang karena UU itu jelek sehingga omongan para menteri tak nyambung dengan kondisi nyatanya. Atau, bisa juga karena komunikasi para menteri itu buruk, atau bahkan buruk sekali. Sehingga tak bisa mencapai sasarannya. 

Tentu tak boleh dibiarkan kondisi demikian. Omongan menteri harus meyakinkan dan dapat dipercaya. Masih banyak orang normal yang lebih percaya terhadap pengumuman resmi. Sehingga mereka selalu menunggu apa kata seorang Menteri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun