Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Menerobos Masa Depan

Kepala SMPN 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wawancara Imajiner dengan Riedl

11 September 2020   16:37 Diperbarui: 11 September 2020   16:26 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih tim nasional Indonesia, Alfred Riedl, memimpin sesi latihan di Stadion Pakansari, Cibinong, Selasa (29/11/2016).(FERRIL DENNYS/KOMPAS.com)

Riedl telah mendahului kita, bertemu Sang Pencipta. Ada kenangan yang sangat indah antara Riedl dengan bangsa Indonesia. Terutama para pencinta sepak bola. 

Sebagai salah satu penghargaan saya terhadap beliau nya, saya bikin wawancara imajiner bersama beliau. Cerita ini jelas fiktif. Sekedar untuk hiburan saja. 

Saya (S) : Selamat pagi, Om Riedl. 

Riedl (R) : Wah, di sini sudah tak ada lagi pagi, siang, sore. Selamat saja kalau begitu. 

S : Sehat sehat saja walaupun tak lagi menjadi pelatih bola rupanya, Om? 

R : (tersenyum) Ada ada saja, kau. (Mirip aksen batak) 

S : Boleh tanya tanya tentang bola, Om? 

R : Sebetulnya malaz bicara bola, tapi karena kau sudah datang dari jauh, dari dunia fana, kasihan juga. 

S : Bagaimana bola di dunia? 

R : Saya kemarin memperhatikan pertandingan Piala Champions. Bagus juga. Apalagi permainan Bayern yang mampu melumat Barca. 

S : Kalau tentang MessiMessi? 

R : Masih suka ngeprank tuh anak. Masa gara-gara tulisan di Kompasiana terus batal pindah ke Manchester City. (Tertawa terbahak) 

S : Bagaimana dengan sepak bola Indonesia? 

R : Indonesia? (Tampak berkerut dan berpikir keras) 

S : Iya, Om. 

R : Pemain pemain Indonesia itu hebat hebat. Cuma sayang masih kurang gizi.  Sehingga tak bisa konsentrasi bermain selama 90 menit. 

S : Nah, itu dia, kabarnya lebih suka makan bakso sama nasi goreng. Lebih nendang. 

R : Bermain bola tidak sama dengan mencangkul. Bermain bola perlu gizi yang seimbang dengan kebutuhan. Tapi sekarang sudah lebih baik. 

S : Maksudnya? 

R : Dulu, satu telor dibagi tiga. Sekarang sudah dibagi dua. 

S : Mengenai PSSI? 

R : off the records ya? 

Saya mengangguk. 

R : Perlu diperbaiki. Sebagai organisasi profesional harus bekerja lebih profesional. 

S : Bagaimana prediksi masa depan sepak bola Indonesia? 

R : Saya masih yakin akan mampu menjadi juara dunia suatu saat kelak. 

S : Yakin, Om? 

R : Cuma saya belum tahu pasti tahun berapa. Mungkin seratus tahun atau bahkan sepuluh tahun lagi. Tergantung orang Indonesia nya. 

S : Betah di sini, Om? 

R : Kalau gak betah, aku balik dong? ( giliran aksen Tegal) 

Setelah mengucapkan terimakasih, saya pun kembali ke dunia nyata. Tak enak berlama-lama di sana. 

Terima kasih. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun