Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Orangtua Harus Melawan Jika Ada Pungutan di Sekolah

10 Juli 2020   20:31 Diperbarui: 10 Juli 2020   20:27 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum juga mulai pembelajaran, sudah ada berita sebuah sekolah di kabupaten Semarang memungut biaya 750 ribu untuk kegiatan kelas IX.  Sesuatu yang seharusnya sudah tak ada lagi karena ujung ujungnya pasti dikorupsi. 

Korupsi di sekolah itu salah satu caranya memang begitu.  Terutama bikin anggaran dobel. Anggaran sekolah ada. Anggaran komite ada. Sudah terlalu mudah dibaca. Karena memang pembukuannya berbeda. Dan selalu lolos karena kalau ada pemeriksaan biasanya sudah dituliskan anggaran nya. 

Untuk Jakarta sudah relatif tak ada. Karena sudah melalui satu pintu e-rks.  Sulit untuk bikin anggaran dobel.  Paling cuma saat perpisahan.  Anggaran perpisahan yang saat ini masih terpisah. Dan biasanya pada main di situ. 

Sudah ada BOS harusnya anggaran sudah satu pintu. Maksimalkan dana BOS. Selesai. Terus gak bisa dapat sabetan dong.  Apalagi kalau kepala sekolah juga diangkat karena uang. Berabe. 

Ya, caranya yang jitu dan gampang ketebak tapi masih terus jalan terutama di daerah ya itu. Melalui pembukuan ganda. Satu buku pembukuan anggaran pemerintah, satu buku anggaran dari masyarakat. 

Poin poin anggaran pasti tentang tambahan jam belajar untuk kelas sembilan. Padahal kelas sembilan sudah tak ada UN, kan ngaco? Kalau tidak ada pelajaran tambahan, nanti UN akan jelek. Trik menakut nakutinya.  Tapi, masa sekarang masih juga menggunakan trik begitu? 

Terus ya itu, anggaran perpisahan. Kadang-kadang di ojok ojokin anak anak bahwa, masa iya, sudah tiga tahun tak ada kenangan? Apa gak kepengin refresing setelah capek mengejar UN. Lagi lagi UN menjadi alat paling mujarab selama ini untuk mengorek kantong saku orangtua murid. 

Masih banyak strategi untuk memperoleh uang tambahan oleh kepala sekolah.  Biasanya memang kepala sekolah yang kantong nya terisi paling tebal.

Yang jelas kalau trik lama itu digunakan juga berarti mereka otak kopong.  Masa masih mengandalkan UN untuk menakut-nakuti orangtua murid agar mau merogoh kantongnya? Padahal semua orang sudah tahu UN sudah tak ada.  Bahkan AKM sebagai pengganti nya juga dilaksanakan di kelas delapan. 

Sudah saatnya orang tua juga berani melawan model model korupsi di sekolah seperti itu. Jangan berharap ke pengurus komite sekolah. Biasanya, komite sekolah galak kalau tak ada bagian nya. Kalau di anggaran ada untuk komite mereka akan mati matian membela sekolah kok. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun