Setan selalu datang walau tak diundang. Seperti apa yang terjadi di kampung ku, belum lama ini.Â
Surti pulang kampung. Karena surti sudah bersuami, ya, Surti pun pulang bersama suaminya. Namanya, Tejo.Â
Tejo memang jagoan di kampung ku. Â Tak ada yang berani sama Tejo. Selain Tejo anak mantan lurah, Tejo juga raja tega. Kalau ada yang bikin dia tersinggung, langsung dihabisinya.Â
Kepulangan Surti dan Tejo sedikit bikin gempar. Â Karena Tejo pulang dengan digotong alias sudah menjadi mayat. Â Kata orang orang Tejo kena DBD. Tapi, ada selentingan jika Tejo mati karena ada yang menyantapnya.Â
Kabar terakhir yang lebih cepat menyebar. Â Karena Surti yang baru dua tahun dinikahi Tejo masih terlihat cantik.Â
Dan kematian Tejo adalah berkah bagi para jomblowan di kampung ku. Bukan hanya jomblo, yang udah berbinian juga ada yang ikut bisik bisik tentang Surti.Â
Wawan merupakan jomblo wan yang berhasil dekat dengan Surti. Teman teman nya minggir melihat gelagat tersebut.Â
Tapi sayang, baru satu minggu mereka dekat, wawan sakit demam dan besoknya langsung koit.Â
Terjadi pertempuran lagi. Semua pemuda pengin mendekati Surti. Walau ada sebagian yang mulai membuat perhitungan.Â
Dan Surti sepertinya dekat dengan Warno. Yang lain tiarap. Memberi kesempatan kepada warno.Â
Sampai akhirnya, setelah dua minggu, warno mengalami demam dan besok pagi nya menyusul Tejo dan Wawan.Â
Kematian ketiga menjadikan gempar seluruh kampung. Hampir semua orang menuduh Surti punya perjanjian dengan makhluk gaib.Â
Seluruh kampung sudah berkumpul. Dengan satu tujuan. Membakar rumah Surti.Â
Untung ada Tedi. Â Orang kampung kami yang jarang keluar. Â Lebih senang main game film rumah nya.Â
"Tak ada kaitan dengan makhluk goib. Surti sudah terinfeksi virus yang namanya Korona. Â Di kota Jakarta sudah mulai banyak yang terjangkit. Di Italia malah tiap hari ratusan yang mati oleh virus ini, " kata Tedi.Â
"Terus? "
"Surti harus diisolasi. "
"Kenapa tidak dilakban? "
"Diisolasi, maksudnya, dipisahkan dari kita yang sehat agar tak menulari. "
Semua orang pulang sambil menggerutu. Gara-gara janda kembang.Â