Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

NU, Perawat Indonesia dan Keberagaman

1 Februari 2019   13:17 Diperbarui: 1 Februari 2019   14:21 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Untung ada NU di negeri ini.  Bersama Muhammadiyah, NU menjadi pilar yang kuat tetap kokohnya keberagaman di negeri ini. Keindonesiaan dan keberagaman berjalan seiring. 

Sikap keberagaman yang radikal hanya akan menjadi kan sebuah negara tercabik-cabik.   Terlalu banyak negara di kawasan Arab dan di Asia Tengah tercabik karena persoalan radikalisme dalam beragama. 

NU, tentunya bersama Muhammadiyah telah berkontribusi besar pada kelahiran bangsa dan negara Indonesia.   Juga kebersediaannya merawat negara ini dari cabikan cabikan sikap radikal dalam beragama. 

NU, bersama Muhammadiyah telah menjadi Islam jalan tengah. Islam moderat. Islam berkemajuan. Islam yang tidak terjatuh pada sikap jumud. 

Harapan masa depan umat yang lebih baik ada pada sikap mereka. Tanpa sikap moderat, umat Islam hanya akan terjatuh pada kebodohan hakiki.  Kemunduran budaya.  Dan sikap selalu curiga terhadap kemajuan, baik di bidang sosial maupun budaya. 

Selamat Hari Lahir untuk NU yang ke-93. 

Usia 93 tahun bisa dibilang masih muda, sakaligus juga tua, bergantung cara lihat kita. Apabila dilihat dari kiprahnya terhadap negeri ini, sudah cukup banyak diberikan oleh NU untuk negeri ini.  Dilihat dari harapan, masih banyak yang harus diberikan agar negara ini tetap eksis. 

NU selalu mendapatkan cobaan yang tak sedikit.   Cukup  banyak fitnah yang telah mewarnai kehidupan nya.   Bahkan cap sebagai kafir dan munafik sering dialamatkan kepada NU hanya karena NU berkomitmen tanpa tawar menawar terhadap negara Indonesia sebagai negeri yang tetap plural. Rongrongan terhadap NU selalu berarti rongrongan terhadap negara.  Demikian juga sebaliknya, rongrongan terhadap negara sudah pasti menjadi rongrongan terhadap NU.  NU dan Indonesia adalah tarikan nafas yang sama. 

HTI adalah organisasi trans nasional.   HTI tidak mengakui kenasionalan.   Islam harus berdiri di atas khilafah.  Berarti, lintas negara lintas bangsa. 

HTI, dengan demikian, menjadi musuh paling nyata bagi keindonesiaan dan keberagaman.  Oleh karena itu, NU dengan segenap daya upayanya berupaya menghadapi rongrongan dari organisasi trans nasional tersebut. 

Kita patut bersyukur karena pemerintah telah membubarkan organisasi yang membahayakan fundamental sebuah negara. Dan NU berdiri tegak bersama pemerintah dalam hal demikian. 

Sekali lagi, saya mengucapkan "Selamat Harlah", bersama NU negara ini akan semakin kuat dalam keberagaman. 

Semoga! 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun