Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[RTC] Laki-laki Bermata Biru

23 November 2017   14:31 Diperbarui: 23 November 2017   14:33 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua laki-laki di kampungku berwarna hitam.  Maka, kami heran ketika ada satu laki-laki di kampung kami yang bermata biru.  Walau, kami tak pernah meledek atau mempertanyakan dia.

Bukan hanya matanya yang biru.

Laki-laki itu pandai bicara.  Setiap dia bicara, hampir semua orang di sekitarnya akan sontak diam mendengarkan apa yang dikatakannya.  Biasa saja, sebetulnya.  Tak ada hal-hal baru yang membuat kami tertarik dengan apa yang dibicarakan.  Semua yang dibicarakannya, hal-hal lama dan biasa.

Cara bicara laki-laki bermata biru.

Cara bicaranya yang membuat kami semua tertarik dengan apa yang dibicarakan.  Bahkan, kami sering merasa tersihir.  Karena memang tidak normal. Dan tidak seperti biasa.

Laki-laki bermata biru tahu keunggulannya itu.  Dan dia memanfaatkannya untuk menjerat perempuan di kampung kami.  Kalau saya sebagai laki-laki saja selalu terpesona dengan bicaranya, para perawan itu pasti sudah termehek-mehek.

Sudah ada tiga perawan dihamili.

Pada awalnya, orangtua si perawan yang marah dan nyaris melabrak si laki-laki bermata biru.  Tapi, entah kenapa, pada saat sudah bertemu dengan laki-laki bermata biru, orangtua perawan itu malah tertawa terbahak-bahak mendengarkan cerita si laki-laki bermata biru.  Bahkan pernah datang orangtua perawan dengan pedang terhunus.  Tetap saja dia tak bisa mengalahkan bicara laki-laki bermata biru yang memesonanya.  Dan membuat orangtua perawan itu dengan tetap membawa pedang masih perawan.

Orang satu kampung juga berhasrat mengusir laki-laki bermata biru.  Apalagi para pemudanya.  Pemuda-pemuda kampung kami, jelas takut kalau semua perawan diambil laki-laki bermata biru.

Tapi selalu saja gagal.  Dan laki-laki itu masih ada di kampungku.  Entah sampai kapan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun