Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Buya Syafii Maarif, Nurani Bangsa

4 Oktober 2017   17:17 Diperbarui: 4 Oktober 2017   17:26 1051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diambil dari twitter

Buya Syafii adalah salah satu nurani bangsa yang masih kita miliki.

Buya, panggilannya, sudah selesai dengan urusan pribadi, juga golongan.  Tulisan dan ucapannya adalah suara suara yang betul betul tanpa kepentingan diri atau kepentingan jangka pendek.  Kepentingan yang menjadi latar setiap tulisan dan ucapannya hanya lah kepentingan negeri ini. Kepentingan rakyat.

Tapi, mau dikata apa?

Tak mungkin kita bisa memaksa orang buta untuk melihat.  Orang buta nurani untuk melihat segala niat.baik.

Kepentingan kelompok begitu besar.  Melebihi kepentingan apa pun.  Sehingga negeri ini pun sah sah saja untuk dikorbankan.

Kecaman terhadap Buya sering membuat hati saya teriris iris.  Kata kata tak sopan, bahkan kotor bertebaran.  Seperti tak ada etika sama sekali.

Mungkin para pencaci Buya malah tidak pernah berbuat apa apa untuk negeri ini.  Tapi, mereka begitu mudah mencaci seolah sudah begitu banyak yang disumbangkan nya untuk negeri.

Kesederhanaan hidup Buya tak mampu mereka lihat.  Kesantunan ucap tak pernah mereka dengar. Kedalaman berpikir dalam tulisannya tak mampu menembus kejumudan pencaci itu.

Di Muhammadiyah sendiri, terkadang Buya tampak sendirian.  Berdiri memegang teguh nurani. Bahkan orang orang Muhammadiyah yang dulu dipimpinnya sekarang tampak begitu mudah mencaci.

Buya, saya akan terus mengikuti langkahmu. Nuranimu terlalu berharga untuk diabaikan begitu saja. Negeri terlalu banyak berhutang pada mu.

Semoga diberi kesehatan selalu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun