Membaca Kompas.com dan Menulis Kompasiana

Ide datang dari mana saja.

Tapi, ide juga suka ngambek gak mau keluar keluar.  Padahal dah nafsu banget pengin nulis.  Apa harus tetap duduk termangu menunggu ide. Atau harus ngopi dan ngerokok kaya perokok yang digigitin kesehatan nya oleh rokok?

Tidak harus begitu!

Ide bisa kita panggil dengan membaca tulisan tulisan orang.  Bukan untuk melakukan plagiarisme.  Haram hukumnya bagi penulis beneran kaya aku.  Plagiarisme itu koruptor paling rendah jabatannya dalam struktur formal koruptor paling seksi dan paling berani.

Menulis di Kompasiana juga perlu aktualitas. 

Kalau.baca buku jelas lebih sering tertinggal aktualitas sebuah isu.  Untuk menemukan aktualitas paling gampang adalah membaca koran.  Tapi, lama lama, koran juga tertinggal dari portal berita online yang selalu diperbaharui setiap detiknya.

Pilihannya adalah Kompas.com.  Jadi, setiap kali kurang ide, saya coba berselancar di Kompas.com.

Untuk berita lain, selain edukasi, beritanya berjibun.  Jadi gampang nyari ide aktual.  Cuma sayang sekali untuk kolom edukasi.  Jarang muncul berita baru. Kadang sampai hitungan beberapa hari.  Sehingga ada kesan dijadikan sebagai anak tiri.

Padahal kolom edukasi sering juga saya jadikan inspirasi waktu mengajar.  Sayang, inspirasi sebagai guru semakin dapat dihitung dengan jari di tengah berita edukasi yang sudah menjadi anak tiri.

Selamat ulang tahun Kompas.com ke-22. Jangan anak tiri kan kolom edukasi ya...