Mohon tunggu...
Mochamad Khoirul Rifai
Mochamad Khoirul Rifai Mohon Tunggu... Departemen Fisika, Universitas Negeri Malang

Hi ~ Saya Mochamad Khoirul Rifai, dan saya telah mendedikasikan perjalanan riset saya pada bidang prediksi, mitigasi, dan adaptasi terhadap bencana alam. Saat ini, saya menjabat sebagai Asisten Riset dan Pranata Laboratorium Pendidikan di Departemen Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Malang (UM), Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

DIRECT: Ruang Refleksi Digital Karya Mahasiswa UM Atasi Adiksi Media Sosial

27 September 2025   21:21 Diperbarui: 27 September 2025   21:21 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa UM sajikan inovasi DIRECT sebagai ikhtiar mengatasi kebosanan eksistensial (Sumber: Arsip Pribadi).

Malang - Di tengah modernitas yang serba cepat dan praktis, gawai, internet, dan media sosial kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Semua informasi, hiburan, hingga interaksi sosial bisa diakses hanya dengan satu sentuhan. Sekilas, tampak bahwa seolah-olah kebosanan tak lagi menjadi masalah yang perlu dirisaukan. Namun, fakta yang terjadi justru berkebalikan.

Survei Monitoring the Future (2018) terhadap lebih dari 21 ribu remaja menunjukkan bahwa 1 dari 5 responden mengalami kebosanan yang tinggi. Penelitian lanjutan oleh Weybright dkk. (2020) turut menguatkan yang menemukan bahwa tren kebosanan kian meningkat sejak 2008 hingga 2017.

Ironisnya, saat merasa bosan, manusia modern cenderung berlari ke media sosial untuk mencari hiburan. Alih-alih mengurangi rasa bosan, kebiasaan ini justru mengikis kesehatan mental dalam jangka panjang. Fenomena seperti doomscrolling, menggulir layar tanpa henti dan tanpa arah, membuat kita merasa menyesal karena waktu terbuang percuma, dan semakin menjauhkan diri dari aktivitas yang bermakna.

Kebosanan Eksistensial: Tren Masalah Global Akibat Adiksi Media Sosial

Savvana Hilya Ramadhani, salah satu founder tim DIRECT memaparkan tren kebosanan eksitensial (Sumber: Arsip Pribadi).
Savvana Hilya Ramadhani, salah satu founder tim DIRECT memaparkan tren kebosanan eksitensial (Sumber: Arsip Pribadi).

Riset Case & King (2024) menyebutkan bahwa lebih dari 210 juta orang di dunia mengalami adiksi media sosial dan internet. Di Indonesia sendiri, hasil survei Gunawan dkk. (2021) terhadap 2014 responden menunjukkan sebanyak 73% remaja telah mengalami kecanduan media sosial dan 75% kecanduan gawai.

Perilaku adiktif ini ditandai dengan kebiasaan terus-menerus memeriksa notifikasi, berpindah-pindah konten tanpa tujuan, hingga kehilangan fokus. Bukannya mengurangi kebosanan, perilaku ini justru meningkatkan rasa hampa, menurunkan konsentrasi, dan membuat aktivitas sehari-hari terasa tanpa makna.

DIRECT: Disconnect dari Yang Semu, Reconnect dengan Yang Nyata

Pelaksanaan sosialisasi dan aktualisasi program DIRECT di MA Darul Faqih Indonesia, Malang (Sumber: Arsip Pribadi).
Pelaksanaan sosialisasi dan aktualisasi program DIRECT di MA Darul Faqih Indonesia, Malang (Sumber: Arsip Pribadi).

Keresahan terhadap fenomena ini mendorong dua mahasiswa Universitas Negeri Malang, Savvana Hilya Ramadhani (Pendidikan Matematika) dan Keysha Wahyu Kinanthi (Pendidikan Bahasa Arab), menggagas sebuah gerakan aksi bernama DIRECT, singkatan dari Disconnect to Reconnect.

DIRECT merupakan sebuah gerakan aksi nyata berbasis spiritualitas dan kesadaran sosial yang mengajak pengguna untuk berhenti sejenak dari kebisingan digital, lalu kembali merefleksikan makna hidup. Konsep ini menggabungkan psikologi positif dan nilai-nilai universal Al-Qur’an, untuk mengidentifikasi indikator kebosanan eksistensial seperti hilangnya makna hidup, kecemasan emosional, dan rendahnya penghargaan diri.

Hasil analisis ini diwujudkan dalam bentuk kuesioner untuk mengukur tingkat kebosanan eksistensial seseorang, dengan tujuan akhir menghadirkan kebahagiaan paripurna (sa’adah haqiqiyah). Nilai-nilai seperti muhasabatul qalbi (refleksi batin), sakinatul qalbi (ketenangan hati), dan muhklisun lillahi (keikhlasan kepada Allah) menjadi fondasi utama konsep ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun