Mohon tunggu...
Mochacinno Latte
Mochacinno Latte Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

day dreamer, art holic, coffee holic, painter, technocrat wanna be, author for his own satisfaction, idea creator

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ontran-ontran Ngarcopodo Seri 7 : Kyai Srondol Al Maidah Nikmatul berfatwa

26 Oktober 2016   20:02 Diperbarui: 27 Oktober 2016   15:12 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“hehehe… enak telonya, makasih ya. Ini namanya Alloh Maha pemura, rejeki datang bisa dari mana saja. Lagi ketawa-tawa senang, eh, tahu tahu ada telo godog masuk mulut saya, tanpa diundang, tanpa dicari-cari bahkan diantarkan. Apa itu ngga hebat? Ahihihi” cerocos Kyai Srondol tetap positive sambil cengengesan memegang telonya.

“weeeh.. jiaan, onten nopo to Mbah Kyai, ada apa. Kok sajak kepingkel-pingkel begitu” seloroh Cahyo mencoba tenang.

“Iya Mbah Kyai, ada apa tow? Mengganggu diskusi seru kami saja ah.” Sahut bagung menimambahi.

Sang Kyai Srondol al Maidah Nikmatul mesam-mesem lalu menyahuti pertanyaan penasaran mereka.

“kalian ini lucu, lucuu tenan. Ngapain kalian meributkan Lurah desa lain. Lha mbok desamu sendiri diurusi. Desa sendiri kalian bangun, diri sendiri diperbaiki, ndak usah sok-sokan ngerti policik dan politik, ndak usah sok-sok an membela agama. Wong membela anak istri dari fitnah dunia saja belum tentu becus kok. Arep neko-nego, sungguh ironi sekali kan?. Lucunya lagi orang macam saya ini tidak digugu lagi di jaman sekarang, tidak didengarkan lagi di jaman sekarang. Pokoknya maunya mendengarkan apa-apa yang sekiranya sama dengan pandangan sendirinya, asal sama dengan faham dia sudah merasa paling benar. Paling bater tanya sama Syech Google atau dapat nemu dari boardcast BBM, WA, Line dan lainya.. lucu too.. lucuu… ahihihii” ditutup dengan ngekek, Kyai Srondol mencoba menjelaskan.

“kandani to Kang Bagong” timpal Cahyo.


“Iya Kang Bagong, ndak usah ikut-ikutan gendeng, melu-melu gila, kita ini bayar cicilan saja kembang kempis kok pakai ngurusi orang lain segala” Tambah Lenon tak kalah gesit sambil melahan tahu bacem di depannya.

“tu kaan.. kalian ini memang apatis terhadap agama, macam liberalis saja bah. Huh!!.. apa kalian terima kalau kalian dipimpin orang macam begitu. Bukan karena apa-apa, tapi kalau bisa jangan sampai kita nanti memilih pemimpin seperti itu. Lagian kan haram hukumnya memilih pemimpin non-muslim. Ingat itu Al Maidah 51. Ingaat… pokoknya besok saya berangkat ke Desa sebelah ikutan demo, kalau perlu akan saya bawa spanduk sama spidol, biar tak orek-orek tak coret-coret tembok rumah Pak Lurah Kohar itu.. “ penuh semangat Bagong membela, dan menggebu nggebu.

Tampaknya tak dapat redakan lagi nafsu bagong, emosinya sudah di ubun-ubun, tak lagi mempedulikan apapun.

“ahihihi..sek-sek, sebentar to, gini lho..” Kyai Sodron mencoba menenangkan.

Lalu lanjutnya “emang Lurah itu siapa? Pemimpin? Mbahmu koprol kui. Ahihihi, pemimpin kok dibayar sama yang dipimpin? Ahihi” sambil ngunyah sisa ubi rebus Kyai Srondol menjawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun