Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita dan Sekepak Sayap Nyamuk Ekstravaganza

22 Oktober 2016   11:52 Diperbarui: 24 Oktober 2016   10:40 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: static.republika.co.id

Dalam perspektif dogma, kehidupan di dunia ini hanyalah senda gurau belaka karena Tuhan ingin mengatakan bahwa di sisiNya, dunia nan megah ini tidak lebih berharga dari sebelah sayap nyamuk. Sedangkan dalam semesta kosmos manusia hanyalah setara Quark, partikel terkecil dari atom.  

Tuhan sengaja menyampakkan derajat dunia setara sayap nyamuk agar manusia menghadapkan wajah kepada hari pembalasan. Sedihnya makhluk Quark ini mengambil sisi asyiknya saja: dunia sebagai alam senda gurau. Maka dunia ini dipenuhi ekstravaganza, pertunjukan orkestra kehidupan yang kontinum. Sebuah helat, festival dan tarian – tarian superfisial dipertontonkan tanpa jeda. Satu persoalan menindih persoalan lainnya. Lalu meleleh bersama kumparan waktu. Tidak ada yang selesai secara esensi.

Penyelesaian atas suatu konflik diletakkan di urutan akhir, yang dipentingkan adalah ekstravaganza, proses yang dramatik – teatrikal akan dipertontonkan kepada khalayak.

Yang menjadi bintang adalah siapa yang mampu menguasai gelanggang, sedangkan pahlawan bertopeng hanya ada dalam fiksi Hollywood.

Masalah – masalah besar kemanusiaan sebenarnya muncul dari kegagalan kita untuk melihat kompleksitas masalah. Kita cenderung melakukan simplikasi, terkadang memakai kacamata kuda, ceteris paribus dan rabun jauh.

Salah siapa? kita sebagai jelata juga yang salah. Saban hari asyik masyuk dan terayun – ayun dalam rentak estravaganza, tanpa mampu mengikatkan diri sekaligus meningkatkan diri secara paripurna kepada sebuah prinsip kuat idealisme, serta tak mau mengampu kepada dogma yang dikaji mendalam, kepada nilai – nilai universal yang dapat dijadikan batu pijakan. Kita yang bersimbah peluh dan mati terinjak demi mengerumuni sebuah panggung pertunjukan ekstravaganza adalah budak – budak duniawi penyembah sayap nyamuk. Di lain sisi kita berperan sebagai bebek – bebek dogmatis yang dangkal. 

Dalam meniti alam senda gurau ini baiknya kita menoleh kembali ke kebijaksanaan kuno phronesis (meminjam Sindhunata), ke pengembangan illative sense, ke penajaman kembali rahsa (kebatinan) – bukan suasana kebatinan yang dilantunkan oleh lidah politisi. Inilah sebuah pekerjaan maha besar yang makan waktu panjang dan berujung utopia. Sebuah antitesis terhadap egoisme dan egotisme yang cupat dan miopik.

Di sinilah filsafat bisa mengambil peran penting. Seperti ujaran seorang filsuf: dalam filsafat, kita selalu menemukan pandangan – pandangan yang bertentangan tentang masalah apa saja. Dengan filsafat, kita bisa memainkan dialektika yang dinamis ketimbang pergulatan yang saling memusnah.

Filsafat bukanlah ilmu yang mewah dalam arti bisa dipelajari oleh siapa saja dan tidak selalu menjadi wilayah kerja para filsuf. Filsafat adalah suatu disiplin ilmu mengenai hakikat terdalam segala sesuatu dengan menerapkan prosedur berpikir ilmiah, yakni metode logis – analitis, seraya memanfaatkan hasil daya pikir yang absah.

Tentunya sebagai jelata, kita tak ingin selamanya bertahan sebagai sampah demokrasi. Kita mesti berpindah kuadran. Laksanakan proses dialektika ke dalam diri dan berdiskusi bersama orang – orang terdekat. Jadilah manusia yang paham esensi, bukan justru mempeributkan gejala – gejala permukaan di kedai – kedai kopi hingga dinding sosial media.

Banyak perdebatan ilmiah di televisi yang hanya mengelupas kulit persoalan kita jadikan sebagai wacana kekaguman. Sementara sebagian di antaranya adalah produk artifisialisasi kapitalisme televisi yang jauh dari kata holistik. Dalam bahasa postmodernistik, tanpa berfilsafat kita secara tak sadar sudah terjebak dalam logosentrisme, ke dalam bias – bias yang menyertai setiap wacana. Filsafat dalam metodologi berpikirnya yang ketat memaksa kita untuk mengupas tuntas sembarang fenomena secara intelektual dan ilmiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun