Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Sudahlah! Serahkan Semuanya pada Big Data

20 Maret 2022   11:13 Diperbarui: 21 Maret 2022   16:45 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan. (sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com)

Dari kemalasan dan kelemahan mengulik tinjauan lain, tanpa data pembanding, dan didorong oleh spirit kultus individu, serta menyirami pohon kerdil sejarah dengan angan-angan.

Meski kita akan sampai kepada timbunan infromasi, namun Big Data tidak menyerap semuanya sebagai rantai data dalam menyusun urutan langkah logis algoritma.

Ilustrasi: utimaco.com
Ilustrasi: utimaco.com

Pertanyaannya seberapa sampah konten yang telah kita bagi, seberapa bermutu percakapan digital yang kita buat, seberapa mampu kita membedakan antara voice dan noise.

Bicara humanisme, bukan berarti mempercayai terus menerus manusia sebagai mesin pemikir paling unggul di muka bumi, dibanding itik atau beruang kutub misalnya.

Hanya seujung kuku dari kita yang bisa sampai ke level Kasparov, tapi mesin kecerdasan semacam Deep Blue dapat diproduksi setiap saat. Percakapan-percakapan di antara kita hanya berakhir sendawa, di tengah jamuan-jamuan hedonistik berbalut pengayaan ilmu.

Big Data sebenarnya dengan mudah dapat membungkam keputusan-keputusan politik, kebijakan trial and error, penetapan harga, pengentasan kemiskinan, subisidi tepat guna, kebijakan anggaran, hingga kepada memilih pemimpin paling tepat tanpa kebisingan demokrasi elektoral. 

Namun, kapitalisme oligarki selalu memelihara kebodohan, dan mematenkan struktur-struktur politik tradisional, karena jika melakukan sebaliknya, sama dengan melempar diri mereka sendiri keluar jendela.

Harus diakui kita memerlukan mesin pengolah data. Terlalu banyak biaya, energi, dan waktu yang terbuang percuma gegara kesalahan fatal dalam pengolahan data. 

Kita hanyalah makhluk mortal, dengan algoritma biologis yang tidak kita bangkitkan. Bahkan untuk mengalahkan sebuah kalkulator sederhana.

Kita sedang melimpahkan segenap pertanyaan kepada mesin pencari data: Google dan semacamnya. Ini jelas telah menghemat semua dimensi ketimbang membongkar rak-rak perpustakaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun