Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jelata Masa Depan Dapat Menyaingi Cyborg dengan Menjadi Metahuman

8 Maret 2022   10:10 Diperbarui: 8 Maret 2022   22:21 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: nextnature.net

Kata Carl Sagan kita adalah putra-putri bintang yang terhempas ke bumi dari ruang intergalaktik. Leluhur kita adalah partikel-partikel langit yang berhasil mengawini bumi. Pada episode selanjutnya, kata Darwin pula, ayah dan ibu kita adalah ikan-ikan purba, yang berubah menjadi reptil. Mereka naik ke darat lalu memanjat pohon dengan seluruh tubuh yang mulai diselimuti rambut.  

Dan dalil Abrahamik menyebut, kita adalah anak-anak Adam yang tercipta dari tembikar suci, yang ditiupkan ruh ke dalamnya. Agama-agama tua lainnya mengatakan kita adalah anak-anak langit yang dikutuk untuk turun ke bumi. Sempurna tanpa proses evolusi berjuta milenium itu.

Aliran kreasonis dan evolusi tak pernah berhenti bersengketa. Mereka mencoba memasuki domain iman dengan logika dalam konfigurasi ruang dan waktu. Seolah eksistensi Tuhan harus diverifikasi oleh pengamatan walau selalu gagal ditemukan dalam aneka uji coba.

Perdebatan antara teis dan ateis, akan selamanya buntu, karena yang satu memakai penalaran deduktif, yang lain induktif. Sebaiknya tidak ada perdebatan. Dapat disaksikan misalnya debat antara Lawrence Krauss (ateis) versus Hamza Tzortzis (Islam) di kanal Youtube pada 29 Maret 2013 lalu yang sudah ditonton 4.712.789 kali.

Meski keberadaan Tuhan telah dikosongkan dalam kapsul-kapsul sempit empirisme, tapi teori-teori saintifik juga diturunkan untuk membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Di antaranya Francis S. Collins, Ketua Proyek Penelitian Gen Manusia di tahun 2007 lalu menyatakan bahwa DNA manusia menyimpan bukti keberadaan Tuhan.

Leonhard Euler seorang matematikawan sekaligus fisikawan terkemuka dari Swiss telah menurunkan rumus keberadaan Tuhan, yang diikuti oleh teorema Kurt Friedrich Godel, matematikawan asal Amerika.

Sebagai anak-anak bintang, sebagai putra-putri dari surga yang turun ke permukaan bumi, sebagai tangan Tuhan, dan sebagai pewaris planet ini, manusia harus tetap memuncaki kasta. Untuk apa bumi ada, jika manusia tak lagi punya kuasa atasnya.

Dalam psikologi, belakangan ini juga ditemukan adanya God Spot dan Neuoroteologi. Bahwa ada tempat di dalam sistem syaraf manusia, yang tidak bisa digantikan oleh apapun selain tentang Tuhan.

Tantangan terbesar bagi penganut sistem kepercayaan hari-hari ini bukan lagi ilmuan-ilmuan materialisme-eksistensialis itu, tapi munculnya agama baru yang menyembah data dan teknologi. Ini disebut agama tekno atau agama data.

Agama ini memang tidak bertemu secara vis a vis dengan sistem kepercayaan yang ada, ia hanya bersifat mereduksi humanisme yang menjadi inti bagi terbangunnya sistem kepercayaan. Bila humanisme dibatalkan dengan mengerahkan seluruh kekuatan Artifical Intelegence (AI), maka manusia hanya tinggal sejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun