Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Alexander di Tanah Melayu

26 November 2018   09:28 Diperbarui: 12 Desember 2018   23:16 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alexander The Great. Sumber foto: getyourimage.club.com

Ilmuan-ilmuan Muslim umumnya berciri filsafat Aristoteles, sehingga begitu banyak buku Aristoteles yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Arab. Dapat disimpulkan, bahwa filsafat Aristoteles dilahirkan kembali di tanah Arab, filsafat Neoplatonik (gabungan antara Plato dan Aristoteles) lahir di Eropa dan filsafat Plato hidup di sebelah timur.

Kita langsung kaitkan dengan tanah Melayu. Sejarah Melayu sesuai kroniknya muncul pada abad ke 13 (bisa juga dimulai pada abad ke 12, Kerajaan Bentan, 1160). Namun hubungannya dengan Alexander adalah adanya Prasasti Bukit Siguntang atau kontrak politik pada 1294, antara Demang Lebar Daun sebagai pribumi di Palembang dengan Sang Sapurba yang disebutkan dalam Hikayat Melayu adalah keturunan Alexander.

Abad ke 13 berisi tahun -tahun penting di antaranya Magna Carta (1215) yang melucuti sebagian kekuasaan mutlak Raja John di Inggris. Sementara Demang Lebar Daun sudah melucutinya di awal dengan adanya prasyarat kepada Sang Sapurba. Seperti menembus lorong waktu -kembali 16 abad sebelum itu- Sang Sapurba adalah Alexander dan Demang Lebar Daun adalah Aristoteles.

Demang Lebar Daun dapat dikatakan sebagai seorang filsuf. Dia melahirkan Filsafat Melayu yang mampu mengikat secara moral dan memprediksi adanya kecenderungan hegemonik para penguasa.

Pada abad ke 13, Kekaisaran Mongolia juga didirikan oleh Jenghis Khan pada tahun 1206 untuk selanjutnya melakukan penaklukan kejam di Baghdad pada 1258 di bawah pimpinan cucunya, Hulagu Khan. Baghdad, yang berada di bawah Kekhalifahan Abbasiyah  dihancurkan, dan seluruh perpustakaan serta buku dibakar hingga menghitamkan sungai Tigris. Para sarjana dibunuh bersama ratusan ribu warga lainnya. Runtuh pula warisan keagungan para filsuf dan ilmuan Islam.

Malang bagi Melayu, kerajaan ini lahir (dimulai Kerajaan Singapura, 1294) setelah keruntuhan kejayaan Islam di Baghdad. Yang berarti tidak terjadi transformasi ilmu dan  filsafat secara masif. Hampir tidak ada buku-buku yang bisa didatangkan hingga abad ke 19, ditambah aura feodalisme dan geopolitik khas Alexander kontraproduktif bagi bertumbuhnya ilmu dan filsafat. 

Padahal secara geostrategik, posisi semenanjung Melayu dan Nusantara umumnya, sangat diuntungkan karena diapit oleh filsafat Barat melalui Islam dan filsafat Timur dari India Utara (Sidharta Gautama) serta Tiongkok (Konfusius).

Hingga ada alasan kuat saat memasuki zaman Renaisans, ketika buku-buku diburu dan penyelidikan ilmu berkobar di penjuru Eropa, kita masih sibuk mengasapi keris dengan kemenyan. ~MNT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun