Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Maka Berhentilah Berpikir!

30 Mei 2016   11:49 Diperbarui: 30 Mei 2016   12:10 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Orang Berpikir (ohafi.com.tr)

Maka saya mengajak, sehari ini saja atau kalau bisa kapan saja, kita berhenti berpikir. Jangan pernah berpikir jika tidak bisa mengubah apapun, atau hanya bertahan pada satu konsep usang dan memaksakan orang lain untuk berlaku serupa. Konsep kebenaran yang kita pegang teguh hari ini akan banyak bersinggungan dengan konsep kebenaran yang dianut orang lain. Dan pikiran – pikiran semacam itu tidak mampu menciptakan apapun bahkan hanya sekadar untuk menegakkan bendera.

Neraka – neraka diciptakan, iblis – iblis dibiarkan menghasut, penjara – penjara dibangun di tiap kota dan algojo tukang cambuk dilahirkan di setiap zaman. Hidup ini sudah harmoni, sampai muncul manusia – manusia yang memaksakan konsepnya kepada orang lain. Mengapa kita menyimpan dendam, saksawasangka, kebencian bahkan teror atas alasan menegakkan kebenaran. Apakah Tuhan menyuruh begitu?

Coba periksa kembali, sudah benarkan konsep yang kita pegang teguh hari ini. Apakah pikiran – pikiran kita sudah bersih dan lepas dari kepentingan – kepentingan. Pastikan apakah pikiran kita sudah merdeka, atau sedang berada dalam jajahan konsep yang diciptakan sembarang orang.

Apakah pikiran kita sudah lepas dari trauma masa lalu, dendam, kebencian patologis, cemas, curiga, imperior, superior, rasis, fasis dan segala bentuk penyakit psikologis lainnya? Jika masih ada, kosongkan pikiran Anda, segeralah berhenti berpikir dan hiruplah udara kebebasan lebih banyak di luar sana. Karena pikiran – pikiran semacam itu hanya akan menciptakan penderitaan batin.

****

Beberapa ahli menerangkan tentang otak kanan, otak tengah dan gelombang otak. Mereka mendebat cara berpikir yang hanya mengandalkan otak kiri, logika dengan kesadaran penuh yang berada di gelombang alpha. Dengan terlalu mengandalkan otak kiri, manusia cenderung stres, depresi dan seterusnya.

Alam sadar hanyalah puncak gunung es, sedang alam bawah sadar adalah gunung sebenarnya dan memiliki kemampuan dahsyat untuk mewujudkan keinginan – keinginan manusia. Berpikir dengan otak kanan, menurunkan gelombang otak dari Alpha ke Beta dan Tetha adalah cara tepat untuk meredakan ketegangan urat syaraf.

Beberapa tahun yang lalu, Rhonda Byrne mengagetkan dunia dengan buku best sellerberjudul The Secret.Byrne mengumpulkan pendapat – pendapat para pakar untuk mengajak kita menyingkirkan seluruh pikiran negatif, lalu menggantikannya dengan pikiran positif yang dipenuhi harapan – harapan tentang hasrat manusia. Metode yang digunakan adalah law of attraction.Pikiran – pikiran yang positif akan menarik hal yang baik dan pikiran negatif akan menarik hal – hal yang buruk.

Selain Ipho Santoso yang mengagas cara berpikir otak kanan, di Indonesia lalu muncul Erbe Sentanu yang memperkenalkan Quantum Ikhlasyakni cara berpikir yang mengandalkan kedahsyatan ikhlas dan penyerahan diri penuh kepada Yang Maha Kuasa. Ketika berada di zona ikhlas kata Erbe, manusia akan memiliki hati penuh syukur, lebih arif dan lebih dekat dengan Tuhan.

Selanjutnya ada Dedy Susanto yang menulis buku Pemulihan Jiwasebanyak enam edisi. Dedy mengkompilasi semua metode tentang berpikir positif, ikhlas dan syukur. Intinya adalah, pikiran buruk dan kacau membuka jalan kepada keburukan dan kekacauan lanjutan, demikian pula dengan pikiran – pikiran yang baik. Dedy juga bicara tentang magnet kekayaan dan apapun pencapaian manusia dengan cara berpikir yang benar.

Reza AA Wattimena, Dokter Filsafat dari Universitas Filsafat Muenchen, Jerman menawarkan solusi hidup bahagia lepas dari penderitaan dengan cara tidak berpikir sama sekali. Metode ini terdengar aneh, tapi coba simak penjelasan Dosen Unika Widya Mandala Surabaya ini: Kita harus melepaskan kecanduan berpikir. Kita harus juga melepaskan kelekatan pada pikiran. Jalan ini menarik untuk dicoba, yakni kembali ke keadaan alamiah kita sebagai manusia sebelum segala pikiran muncul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun