Mohon tunggu...
Muhammad Kunta Biddinika
Muhammad Kunta Biddinika Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Warga Yogyakarta, Indonesia. Sedang tinggal di Yokohama, Jepang. Menyukai berbagai hal tentang nuklir.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Seeing is Believing

1 Oktober 2012   12:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:25 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1345281480376537432

Editorial majalah Nuclear Engineering International edisi Maret 2011 mengambil judul yang sama,Seeing is Believing, yang membahas tentang video internet dalam teknologi nuklir, khususnya PLTN. Sangat kebetulan jika dalam selang beberapa hari kemudian -kalau tidak malah bersamaan- terjadi gempa yang diikuti dengan tsunami di Tohoku-Sendai, 11 Maret 2011. Tsunami yang mengikuti gempa tadi menjadi penyebab utama kecelakaan PLTN Fukushima Daiichi. Dalam editorial itu, sang editor Will Dalrymple menceritakan betapa keren tampilan video di internet sekarang. Meski hanya dengan kamera yang murah sekalipun, menurutnya, dapat dihasilkan gambar yang cukup bagus serta menarik untuk dinikmati. Dia menggarisbawahi kuatnya video dibandingkan media-media komunikasi lainnya karena mencerminkan langsung apa yang kita dengar dan kita lihat sehingga bisa membawa sebuah sensasi realisme yang lebih mampu menghadirkan keadaan sebenarnya. Dalrymple mencontohkan beberapa video yang terkait dengan ketenaganukliran, khususnya PLTN. Tetapi semua yang dia ceritakan adalah yang berbentuk video on demand. Dimana sebuah rekaman video sudah diunggah di server dahulu, baru bisa dinikmati dari awal secara utuh kapan pun kita ingin menikmatinya. Bisa diatur juga apakah akan dimajukan atau dimundurkan ditengah-tengah pemutarannya. Video seperti ini relatif lebih mudah ditemui di internet. Youtube adalah yang paling terkenal sebagai penyedia layanan video on demand di internet. Ada layanan video di internet yang lainnya yang lebih bisa dimanfaatkan dalam teknologi nuklir, yaitu untuk keperluan pemantauan. Aplikasi ini sangat cocok khususnya pasca kecelakaan Fukushima Daiichi dimana radiasi nuklir perlu dipantau secara terus menerus, kalau perlu secara realtime. Idenya adalah dengan mengarahkan webcam ke bagian jendela bacaan detektor radiasi atau surveymeter, dimana webcam tersebut tersambung dengan personal komputer yang punya akses internet. Kemudian, masuk ke penyedia layanan video internet yang punya kemampuan penyiaran secara langsung (live broadcasting). Hasilnya, video yang ditangkap oleh webcam tadi dapat ditampilkan secara langsung via internet lewat layanan live broadcasting berbasis web tadi. Meski kesan sekilas berpenampilan seperti Youtube, tetapi ada perbedaan mendasar yang tidak bisa ditemui pada video dari live broadcasting tadi. Yaitu jendela yang menampilkan video tersebut tidak punya fasilitas untuk memaju-mundurkan video tadi. Jadi pemirsa hanya bisa mengatur ukuran tampilan dan volume suara video tersebut saja. Persis dengan layanan menonton televisi via internet. Ada dua website yang banyak digunakan layanan live broadcastingnya, yaitu Veetle.com dan Ustream.tv. Ustream lebih ramah kepada hampir semua browser internet, sementara Veetle hanya ramah ke beberapa browser saja. Artinya, Veetle mengharuskan kita menginstall plug-in terlebih dahulu ke browser yang dipakai sebelum bisa menggunakan fasilitasnya. Itu pun tidak bisa dari semuabrowser internet. Sementara Ustream tidak perlu instalasi apapun ke browser manapun. Hal ini berlaku baik ketika kita menyiarkan suatu tampilan dari webcam kita, maupun ketika kita menonton siaran. Secara kualitas tampilan, Veetle memang lebih mampu bahkan untuk menyiarkan dengan kualitas high definition sekalipun. Tergantung apakah perangkat kerasnya mendukung atau tidak. Tetapi tidak demikian dengan Ustream. Tidak peduli sebagus apa perangkat kerasnya, kualitas tampilan dan suara yang dihasilkannya tidak sampai sekualitas high definition. Meski begitu, jendela video dari Ustream lebih mudah dipasang (embedded) di tampilan website. Kemudahan ini pula yang menjadikan Ustream lebih bisa dipilih untuk keperluan pemantauan radiasi tadi. Sebagai ilustrasi, mari kita cermati pemantauan radiasi yang dilakukan oleh pemerintah-pemerintah daerah di seluruh Jepang pasca terjadinya kecelakaan di salah satu PLTNnya. Semua pemerintah daerah (prefektur) di Jepang memiliki sistem deteksi radiasi. Dimana ketika terjadi kecelakaan di Fukushima Daiichi, hasil pemantauan radiasi di tiap prefektur tadi dilaporkan secara periodik kepada pemerintah pusat. Kemudian pemerintah pusat lewat Kementerian Pendidikan, Sains dan Teknologi (MEXT) melaporkan rekapitulasi pantauan semua prefektur tadi secara periodik, dalam hal ini adalah dua kali sehari, kepada publik via website. Artinya, ada rentang waktu antara saat detektor menampilkan tingkat radiasinya dengan waktu saat publik melihat hasilnya. Itu pun sudah merupakan hasil rerata bacaan detektor tiap satu jam. Bandingkan jika publik dapat melihat langsung bacaan detektor radiasi yang dimiliki oleh tiap-tiap prefektur tadi. Bahkan, semisal dalam satu prefektur terdapat lebih dari satu detektor pun, kesemuanya bisa ditampilkan secara embedded dalam website tiap prefektur. Tidak perlu semua detektor dari seluruh prefektur dikumpulkan dalam satu website yang dikelola MEXT misalnya. Cukup tiap prefektur yang kesemuanya memang sudah punya website, menampilkan video dari jendela bacaan detektor yang dimilikinya. Dengan demikian, MEXT tetap saja terus merekapitulasi seluruh data radiasi per jam dari tiap prefektur dan melaporkannya via website dua kali sehari. Namun publik juga bisa lebih meyakinkan dirinya lagi dengan cara melihat bacaan detektor-detektor milik tiap prefektur yang ditampilkan secara embeddeddi website masing-masing prefektur tersebut. Kalau perlu, publik bahkan bisa ikut menghitung tingkat radiasi di prefektur terntentu dengan cara mereratakan hasil yang dia baca langsung dari detektor yang bacaannya dapat dia amati secara realtime. Diskusi via Twitter: @katakatakunta

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun