Mohon tunggu...
M Kabul Budiono
M Kabul Budiono Mohon Tunggu... Jurnalis - Old journalism never dies

Memulai karir dan mengakhirinya sebagai angkasawan RRI. Masih secara reguler menulis komentar luar negeri di RRI World Service - Voice of Indonesia. Bergabung di Kompasiana sejak Juli 2010 karena ingin memperbanyak teman dan bertukar pikiran...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

JIKA GEMPA PORT AU PRINCE, JUGA MELANDA JAKARTA.

17 Januari 2010   04:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:25 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sampai hari ini sedikitnya sudah 200.000 orang tewas akibat gempa bumi yang mengoyak negara pulau di Karibia itu. Mungkin tidak banyak di antara kita yang memberi perhatian terhadap musibah gempa bumi di Port au Prince, ibukota Haiti.Karena pertimbangan nilai berita ( news value ), tidak banyak media massa nasional yang mengangkat malapetaka di ibukota Haiti yang dihuni sekitar 2 juta penduduk. Hanya harian the Jakarta Post, yang rajin menjadikan dampak gempa 7 skala richter sebagai HL ( Headlines ) di halaman mukanya. Hampir semua media massa asing berbahasa Inggris yang melukiskan Haiti dengan the tiny, impoverished island nation ( Negara pulau kecil yang miskin di Karibia ), memberitakan bagaimana penderitaan akibat gempa bumi itu. Selain perumahan penduduk dan prasarana umum, istana kepresidenanpun hancur. Pemerintah yang memang lemah itu, tak berdaya menangani malapetaka yang menimpa rakyatnya. Puluhan ribu penduduk, diperkirakan masih tertimbun bangunan bangunan yang runtuh. Penduduk yang kesakitan, kelaparan kebingungan sebagian mulai berubah berang mengubah kesedihan menjadi kemarahan Bantuan dari beberapa negara yang sudah berdatangan masih belum bisa mengatasi keadaan. Karenanya, orang orang yang menderita, kebingungan dan kelaparan, sebagian mulai nekad menjarah apapun yang bisa dimakan. Polisi yang jumlahnya sangat sedikit memberi tembakan peringatan dan menyemprotkan gas air mata untuk membubarkan penduduk yang berusaha menjarah bantuan pangan yang sedang disalurkan. Berita menyebutkan, kelompok kelompok pendududuk, mencegati mobil mobil pembawa bantuan asing dan mengambil bahan makanan. Kantor berita Reuter melaporkan, Di Port Au Prince, penduduk yang marah memblokir jalan dengan mayat mayat dan reruntuhan bangunan untuk memprotes lambannya pemerintah menyalurkan bantuan. Saya tergerak menuliskan ini, selain bersimpati atas penderitaan rakyat Haiti, juga karena membayangkan,bagaimana jika bencana serupa itu melanda ibukota negara kita, Jakarta. Pada sekitar jam 4 sore ! Ya, gempa di Haiti terjadi jam 04.53 sore hari. Hanya dalam waktu 30 detik. Kekhawatiran saya akan gempa yang bisa menggoyang Jakarta didasarkan atas analisa beberapa geolog dan pakar gempa. Sri Widiyantoro, ahli geotomografi dan gempa, guru besar ITB Bandung, misalnya menyatakan bahwa berdasarkan pencitraan geotomografi, lempengan wilayah di Sumatera, khususnya di sepanjang pesisir pantai barat, telah tersobek-sobek. ( Kompas, Senin, 5 Oktober 2009 ). Lebih lanjut ia mengatakan bahwa tumbukan lempeng Indo-Australia yang bergerak miring telah merobek-robek Pulau Sumatera. Akibatnya, banyak muncul patahan-patahan besar di sepanjang pulau yang dapat mengakibatkan gempa besar. Karenanya ia mengingatkan lebih lanjut bahwa wilayah di sepanjang Sumatera sangat rawan gempa besar. Karenanya, Prof Sri mengharapkan agar pemerintah meningkatkan mitigasi dan pendidikan kebencanaan di daerah rawan gempa. Saya mengkhawatirkan, apabila peringatan pakar gempa itu suatu kali terjadi, dan gempa dengan sumber gempa berkekuatan lebih 7 skala richter terjadi tidak jauh dari Jakarta. Di Port Au Prince, jumlah penduduk dan kendaraan tidak sepadat Jakarta. Pada hari dan jam kerja penduduk Jakarta mencapai lebih dari 13.000.000 !. Lantas, terbayangkah apa yang bakal terjadi jika sebagaimana di Port Au Prince gempa itu juga terjadi jam 4 sore ? Ketika gedung gedung tinggi masih penuh karyawan yang sedang bekerja dengan giat, mal bertingkat dan berbagai pusat perbelanjaan juga begitu padat. Lalu lintas pun sedang sibuk sibuknya ! Masya Allah. Maaf saya tidak semestinya menuliskan berbagai gambaran menakutkan itu lebih jauh lagi. Karenanya, peringatan pakar gempa semacam itu perlu mendapat perhatian serius. Setahu saya, sejak gempa terakhir di Padang yang memakan banyak korban, tidak ada langkah lanjut mengenai persiapan menghadapi gempa yang dilakukan pemerintah. Pendidikan kebencanaan ? rasanya juga belum. Hampir tidak ada sosialisasi mengenai bagaimana evakuasi dari gedung tinggi jika bencana terjadi. Belum ada upaya inspeksi terhadap keberadaan lorong lorong darurat evakuasi. Belum ada juga pemeriksaan terhadap kekuatan dan kelenturan bangunan terhadap goncangan gempa. Tidak ada observasi pada kekuatan dan keselamatan rumah rumah susun jika terjadi gempa. Peralatan canggih peringaran dini pun belum terpasang secara memadai. Pemerintah, dalam hal ini Departemen Sosial, Depdiknas dan juga Pemda DKI perlu memberikan perhatian mengenai hal ini. Media massapun, perlu berperan serta membangkitkan kesadaran masyarakat melalui informasi menghadapi gempa bumi. Saya, anda, tentu tidak berharap bencana di Ibukota negara Haiti, akan terjadi di sini. Sudah terlalu banyak korban yang jatuh akibat bencana dan gempa di negeri ini. Tetapi doa tidaklah cukup berdiri sendiri. Doa perlu disertai usaha. Catatan : Dua gambar korban gempa Haiti, diambil dari kantor berita REUTERS online. M.KABUL BUDIONO

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun