Alhamdulillah rasanya lega sekali, setelah beberapa bulan ini, udara panas, suasana gersang, tanaman sekitar mulai pada layu. Hujan sudah datang, bumi menjadi asri, mulai tumbuh semak-semak di beberapa lahan kosong di kampung. Jalan-jalan mulai tumbuh rumput hijau. Pematang sawah mulai tertutup hijau rumput. Areal pertanian tadah hujan sudah tergenang air.
Terlihat hamparan sawah mulai menghijau. Burung kuntul yang terbang setiap pagi menuju lahan pertanian membentuk formasi huruf V yang melambangkan victori, berangkat dengan formasi V dan pulang juga.
Rasa optimis untuk mendapatkan kemenangan dengan semangat juang dan pulang dengan segenap waktu menyebabkan telih semakin penuh dengan logistik untuk satu hari satu malam, di mana kelak begitu fajar menyingsing koknya terdengar di kegelapan pagi menuju sumber-sumber makanan. Indah kita syukur atas anugerah Allah Swt.
Gubernur Jateng Bibit Waluyo saat mengunjungi Dam Colo di Nguter, Sukoharjo, (Selasa (29/5) mengaku prihatin dengan alih fungsi lahan sawah di wilayah Solo Raya yang merajalela (Suara Merdeka, 31/5/2012).
Setiap tahun Kabupaten Sragen kehilangan lahan sawah subur sekitar 35 hektare. Lahan sawah itu beralih fungsi untuk bangunan industri, perumahan, serta infra struktur jalan. Dan tidak hanya di wilayah Solo Raya masih banyak daerah-daerah yang terdesak dengan sektor industri merelokasi lahan produktif menjadi pemukiman dan sektor lain.
Masalah pangan menjadi problem utama suatu negara. Tersedianya ketercukupan dan stok bahan makanan menjadi pekerjaan negara untuk mencukupi semua warga negara. Negara yang tidak mampu menyediakan dan menyumplai bahan makanan, maka dalam jangka tertentu akan terjadi kekurangan. Ketersediaan pangan 30 % dicukupi dari pulau Jawa. 19 % yang teraliri pengairan irigasi dengan model waduk dan irigasi teknis.
Minat masyarakat terhadap sektor pertanian, semakin berkurang seiring dengan semakin sempitnya lahan pertanian yang bisa dikerjakan. Banyak sarjana pertanian yang tidak sanggup mengelola lahan pertanian. Profesi petani sudah tidak menarik lagi, karena terlalu berat menanggung resiko, tidak panen, kemiskinan, karena biaya operasional dengan keuntungan yang diperoleh tidak seimbang. Sementara kalau tidak panen juga menanggung rugi, padahal mereka membutuhkan biaya hidup.
Agraria
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), per Februari 2011, dari 111,3 juta orang yang bekerja, 42,5 juta orang (38,16 persen) bekerja di sektor pertanian. Disusul berikutnya bekerja di sektor perdagangan (23,24 juta orang atau 20,88 persen) dan jasa kemasyarakatan (17,03 juta orang atau 15,30 persen).
Jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian secara persentase memang terus menurun. Pada 2002, dari 90,8 juta orang yang bekerja, 44,3 persen di antaranya bekerja di sektor pertanian. Sebagai negara yang sedang membangun dan menuju negara industri, secara perlahan jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian harus terus dikecilkan.