Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bagaimana Melihat Gerakan Hamas?

17 Oktober 2023   08:55 Diperbarui: 17 Oktober 2023   13:38 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meski Indonesia sedang dilanda histeria "kebencian" pada 'Mahkamah Keluarga untuk Dinasti Jokowi', namun jangan membuat kita melupakan tragedi kemanusiaan di Kfar Aza & wilayah lain di dekat perbatasan Gaza yang diserang Hamas Sabtu, 7 Oktober lalu.

Setelah serangan itu, Hamas lalu menyebarkan video yang dibuatnya sendiri ke medsos. Sehingga seluruh dunia melihat serangan itu tidak berbeda dengan serangan ISIS di waktu yang lalu. Nampaknya Hamas memang bertujuan agar dunia terteror dengan apa yang dilakukannya kemarin. Serangannya itu memang sebuah serangan pada kemanusiaan.

Sebagaimana sudah sering dibahas oleh beberapa ahli, gerakan Hamas adalah gerakan ideologi berbahaya. Ancaman ideologi pro kekerasan seperti itu menghantui setiap tempat di manapun di dunia, apalagi Indonesia. Hamas hanya sebuah nama yang berbeda untuk wilayah Gaza Strip. Di Indonesia kelompok penganut ideologi kekerasan itu memiliki nama yang berbeda dan sudah dinyatakan terlarang beberapa waktu lalu.

Namun apakah pelarangan pada kelompok pro kekerasan seperti itu di Indonesia mampu melenyapkan potensi ancamannya? Jawabnya pasti: Tidak. Begitu juga memerangi dengan kekuatan bersenjata ke basis militer Hamas di Gaza Strip. Jawabnya juga pasti: Tidak.

Ancaman ideologi harus menggunakan pendekatan ideologi juga. Itulah yang abai dilakukan Israel pada Hamas, dan juga Indonesia pada kelompok berideologi pro kekerasan.

Penutup

Pilpres di Indonesia hanya local politics yang bisa menjadi distraction pada persoalan global. Local politics bukan tidak penting, namun local politics harus tetap mengacu pada persoalan global, karena persoalan global memberi arah tentang siapa yang mampu memimpin di kompetisi global yang tantangannya terus berubah cepat.

Histeria "kebencian" pada 'Mahkamah Keluarga untuk Dinasti Jokowi' pasti hanya riak kecil di pilpres 2024. Tak berpengaruh besar pada keluarga Jokowi, dan tak berpengaruh besar pula pada apa yang akan dipilih oleh masyarakat. Wajar jika ada yang stres dalam menghadapi pilpres 2024 dan lalu melemparkan teori konspirasinya masing-masing.

M. Jojo Rahardjo

Sejak 2015 menulis ratusan artikel & video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun