Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Covid-19 Merebak, Siapa Pahlawan di Zaman Kini?

21 Maret 2020   00:16 Diperbarui: 21 Maret 2020   00:25 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini 21 Maret 2020, COVID-19 masih merebak di seluruh dunia setelah dinyatakan muncul oleh WHO di akhir Desember 2019 lalu. Negara-negara maju sekalipun nampak terbata-bata menghadapinya, begitu juga Indonesia.

COVID-19 bermula di Wuhan, sebuah kota di provinsi Hubei, Cina. Di sana ditemukan beberapa penderita yang memiliki gejala seperti penderita SARS (Cina, 2002) dan MERS (Saudi Arabia, 2012).

Temuan itu dilaporkan ke WHO pada tanggal 30 Desember 2019 dan Cina segera menutup kota Wuhan 23 Januari 2020) dan membangun rumah sakit baru hanya dalam tempo 10 hari untuk menampung ledakan pasien yang bakal segera muncul dalam beberapa hari mendatang. 

Dua langkah yang dilakukan oleh Cina, menutup kota dan membangun rumah sakit baru, menunjukkan Cina telah belajar dari 2 wabah virus corona sebelumnya (SARS dan MERS) yang menyerbu seluruh dunia. COVID-19 memang penyakit yang disebabkan oleh virus dari keluarga yang sama seperti SARS & MERS.

Banyak yang memuji Cina karena telah berhasil melalui masa gentingnya setelah 2 bulan sejak pertama kali diumumkan oleh WHO. Penyakit ini kemudian diberi nama COVID-19 (Corona Virus Desease 2019) oleh WHO pada 11 Februari 2020. Lalu, 11 Maret 2020, WHO menyatakan COVID-19 sebagai pandemik.

Namun, apa yang terjadi di dunia saat Cina menutup Wuhan? COVID-19 malah terlanjur merebak ke seluruh dunia. Banyak negara yang hanya bermodalkan pengukur suhu untuk menghalau masuknya COVID-19 ke negeri mereka. Padahal penderita yang baru saja tertular, tidak menunjukkan gejala demam tinggi.

Para pemimpin dunia pun mempertontonkan ketidakpedulian mereka pada COVID-19 dengan masih bersalaman atau saling menempelkan pipi di depan lensa media yang kemudian disaksikan oleh warganya.

Badan-badan dunia seperti WHO sebenarnya sudah cukup jelas menyajikan berbagai informasi mengenai COVID-19 ini di websitenya. Bahkan juga tentang bagaimana para pemimpin di setiap negeri di dunia ini mesti bersikap dan bertindak.

Idealnya semua negara tahu cara menghadapinya saat virus ini pertama kali muncul. Idealnya pula WHO lebih mampu mengkoordinasikan semua negara untuk bersiap menghadapinya. Namun kita lihat Italia, Perancis dan Spanyol, juga Indonesia masih sedang berjuang menghadapinya. 

Italia bahkan menghadapi keputusan sulit, yaitu harus membiarkan mati mereka yang yang tak memiliki harapan untuk sembuh. Sayangnya mereka adalah orangtua mereka sendiri yang tak memiliki immune system sebaik orang-orang muda (di bawah 50 tahun).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun