Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Film

"Saint Judy" Membela Pengungsi Afghanistan di Tanah Amerika

18 Oktober 2019   10:30 Diperbarui: 18 Oktober 2019   13:30 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada film bagus, berjudul "Saint Judy". Sebuah kisah nyata di New Mexico, California, US. Film ini dirilis awal tahun 2019.

Seorang pengacara bernama Judy Wood memperjuangkan HAK seorang gadis yang berasal dari Afghanistan yang "terdampar" di kota itu untuk mendapatkan suaka (asylum). 

Gadis itu tak beruntung, hakim tak memberinya suaka. Gadis itu dinyatakan hanya gadis biasa yang lari ke Amerika untuk mencoba peruntungan hidupnya. Menurut UU imigrasi, Kecuali ia seorang aktivis yang terancam keselamatan atau jiwanya di negeri asalnya,  maka ia hanya dianggap sebagai pendatang ilegal yang harus dideportasi ke negeri asalnya.

Judy adalah pengacara yang baik hati, ia merasa gagal sebagai manusia, bukan sebagai pengacara. Itu karena Judy tahu ada sesuatu yang tidak diungkapkan oleh Asefa Ashwari, kliennya itu, padahal ia ingin sekali menolong kliennya ini. Judy juga tahu jika Asefa dideportasi dari Amerika, dikembalikan ke negeri asalnya, maka kliennya akan kembali masuk penjara yang telah membuat beberapa tulang Asefa patah-patah dan membuat wajahnya lebam-lebam. Entah penjara apa yang telah menyekap kliennya itu sebelumnya.

Judy digambarkan sebagai seorang Santa yang selalu bersedia menolong orang lain, meski itu mungkin tak menguntungkan hidupnya. Itu sebabnya ia dijuluki Saint Judy. Setelah Judy membela Asefa habis-habisan, akhirnya Asefa pun menyatakan kepada Judy, bahwa ia telah diperkosa saat dipenjara di Afghanistan. Judi tentu heran dan kebingungan, mengapa kliennya tak menyampaikan fakta itu padanya sejak awal sekali?

Di pengadilan yang lebih tinggi (US Court of Appeals for the 9th Circuit), Judy dan Asefa kemudian menyampaikan fakta itu. Asefa dulu ditangkap saat berunjuk-rasa. Aparat Taliban (penguasa Afghanistan) menuduhnya dengan tuduhan yang bagi kita absurd, yaitu "Melawan Tuhan". Di dalam penjara para aparat memperkosanya. Apa yang diperjuangkan Asefa? Ternyata hak perempuan yang paling mendasar, seperti bisa pergi keluar rumah sendiri, tanpa didampingi oleh suami, ayah, atau saudara laki-laki. Juga hak untuk bersekolah (Asefa adalah seorang guru yang mendirikan sekolah untuk mengajar anak-anak perempuan di negerinya). Termasuk juga hak untuk melakukan unjuk-rasa.

Itu berarti kliennya adalah seorang aktivis kemanusiaan yang menjadi target pemerintah Taliban untuk dihukum atau dilenyapkan.

Tapi Asefa bukan hanya takut masuk penjara lagi (dan ia bakal diperkosa lagi). Yang lebih menakutkan Asefa adalah ia akan pasti menerima hukuman "honor killing" dari keluarganya sendiri, yaitu hukuman mati dari ayah sendiri dan saudara-saudara lelakinya sendiri. Tradisi itu kuat berakar di Afghanistan. Semua perempuan yang telah "disentuh" secara tidak halal, maka perempuan itu memberi aib bagi keluarganya dan mendatangkan murka Tuhan. Hanya "honor killing" yang akan mengembalikan derajat keluarganya dan bisa menjauhkan murka Tuhan.

Di pengadilan itu Judy berjuang keras. Ia berjuang agar Amerika membela siapa pun yang terancam keselamatan dan jiwanya karena tradisi atau hukum seperti di Afghanistan itu. Judy berhasil, ia bahkan berhasil mendorong Amerika untuk memperbaiki UU bagi perempuan pencari suaka, seperti Asefa.

Sayangnya plot dan penyutradaraan film ini tak sebaik film "Erin Brockovich" yang diperankan oleh Julia Robert. Namun kisah perjuangan Judy Wood (Michelle Monaghan) bisa menyentuh mereka yang memperjuangkan hak-hak perempuan, juga mereka yang memperjuangkan kemanusiaan secara umum.

Erin Brockovich dan Judy Wood tumbuh di negeri-negeri Barat yang sering disangka hanya melahirkan tradisi yang tak mempedulikan orang lain di sekitarnya atau sesama manusia. Namun "World Happiness Report" (WHP) yang diterbitkan PBB tiap tahun sejak tahun 2012 membuktikan sebaliknya. Banyak negeri-negeri maju di Barat yang dinyatakan oleh WHP sebagai negeri-negeri yang warganya peduli pada kesejahteraan orang lain atau peduli pada sesama manusia. WHP menyebut kepedulian pada sesama itu dengan sebutan "Social Support" dan "Generosity", serta "Perception of Corruption". Tiga aspek itu menunjukkan adanya kepedulian pada sesama manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun