Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Panduan untuk Relawan Jokowi di Media Sosial

26 Maret 2019   12:38 Diperbarui: 28 Maret 2019   21:23 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: #MembangunPositivity

Gambar: Hootsuite
Gambar: Hootsuite
Survei LSI menyebutkan bahwa jika pemilih dibedakan berdasarkan kelas ekonominya, suara untuk Jokowi lebih banyak disumbang oleh wong cilik. Jika berdasarkan agamanya, maka suara untuk Jokowi lebih banyak disumbang oleh suara muslim daripada non-muslim (karena jumlah non-muslim memang lebih sedikit). Sedangkan berdasarkan pendidikan, mereka yang terpelajar lebih memilih Prabowo, bukan Jokowi.

Yang terakhir itu tentu mengejutkan sekaligus memprihatinkan. Kenapa begitu?

  

Gambar: #MembangunPositivity
Gambar: #MembangunPositivity
Gambar: #MembangunPositivity
Gambar: #MembangunPositivity
Gambar: #MembangunPositivity
Gambar: #MembangunPositivity
Nampaknya mereka yang terpelajar terserap di lembaga pemerintahan yang sejak dulu korup dan sifat korup ini telah berurat-berakar. Mereka juga terserap di sektor usaha yang berkaitan dengan proyek-proyek pemerintah. Jokowi yang berusaha membersihkan birokrasi dari korupsi tentu membuat mereka terganggu, sehingga mereka menaruh harapan pada Prabowo.

Selain di lembaga pemerintah, lihat juga berita-berita tentang bagaimana universitas negeri dikuasai oleh kaum radikal yang anti Pancasila. Nampaknya pemerintah perlu memiliki program khusus untuk menangkal pemikiran radikal berbahaya ini. Kita tahu beberapa negeri di Timteng hancur hingga kini karena pemikiran radikal yang cenderung pada kekerasan ini.

Survey LSI menyebut wong cilik mungkin akan ada yang tak pergi ke TPS pada 17 April 2019. Jika terjadi demikian, maka suara Jokowi akan berkurang. Mengapa ada wong cilik tak akan pergi ke TPS? Ada beberapa faktor, misalnya karena mereka adalah tenaga kerja lepas yang dibayar harian, sehingga akan kehilangan penghasilan hari itu jika pergi ke TPS. Faktor lainnya adalah karena masalah administrasi, seperti tak ada surat panggilan misalnya karena mereka bukan penduduk tetap. Atau faktor lain lagi adalah kurangnya informasi yang mereka bisa peroleh soal Pilpres 17 April itu.

Situasi ini tentu membuat gemas relawan Jokowi. Mereka ingin membantu tim sukses Jokowi agar perolehan suaranya maksimal, namun relawan yang tak diorganisir dan tak dibayar ini tentu tak bisa menyentuh atau menjangkau wong cilik melalui media sosial. Mereka harus disentuh oleh tim sukses dengan door to door. Sementara itu tak semua relawan bisa atau mau turun door to door karena kesibukan sehari-hari mereka. Mereka hanya relawan yang tak diorganisir, namun sibuk mendukung Jokowi di media sosial.

Semoga tim sukses Jokowi turun ke bawah, ke wong cilik secara door to door jika ingin menang secara telak.

Sementara itu, kaum terpelajar yang jumlahnya sedikit, yaitu 9,3% dari total pemilih hampir semua aktif menggunakan media sosial. Mereka sebagian besar mendukung Prabowo (lihat infografis di atas). Jadi ada peluang bagi para relawan Jokowi untuk mencerahkan mereka agar tak salah memilih, yaitu agar mereka lebih banyak memilih Jokowi. Dorong mereka agar tak memilih capres yang salah, yaitu capres yang tak punya pengalaman, tak punya prestasi, yang diduga punya skandal kemanusiaan, didukung oleh kaum khilafah anti Pancasila dan pro kekerasan, didukung kaum korup, didukung oleh sisa-sisa diktator Cendana.

Jika kaum terpelajar ini bisa dicerahkan, tentu akan lebih baik, bukan? Jika tidak digarap, maka media sosial hanya akan dipenuhi oleh postingan negatif, hoax atau fitnah dari pendukung capres sebelah. Jika begitu maka kaum terpelajar ini akan menjadi batu sandungan pemerintah saat Jokowi terpilih kembali.

Jumlah pengguna media sosial di Indonesia memang tak besar, yaitu 49% dari populasi jika dibandingkan dengan negeri lain. Itu karena pengguna Internet juga masih kecil, yaitu 50%. Untuk menggarapnya perlu juga panduan. Di bawah ini panduan yang diambil dari berbagai tulisan para pakar digital marketing atau digital campaign.

Jangan khawatir panduan ini digunakan juga oleh pendukung capres sebelah, karena mereka sulit menggunakan panduan ini, karena saran utama dalam panduan ini adalah: sebarkan hanya yang positif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun