Dalam era globalisasi dan digitalisasi yang semakin pesat, pasar tenaga kerja mengalami transformasi signifikan. Perubahan ini tidak hanya menciptakan peluang, tetapi juga menimbulkan tantangan besar, terutama bagi kalangan pemuda. Kompetisi di pasar kerja semakin ketat, tidak hanya antar sesama pencari kerja, tetapi juga antara tenaga kerja lokal dan global, manusia dan mesin, serta antara generasi muda dengan generasi yang lebih senior.
Pasar tenaga kerja yang semakin modern ditandai oleh dinamika yang kompleks. Perkembangan teknologi, perubahan kebutuhan industri, dan tekanan global menuntut para pencari kerja terutama pemuda untuk memiliki keterampilan yang relevan dan adaptif. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, tingkat pengangguran terbuka untuk kelompok usia 15--24 tahun mencapai 19,4%, jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemuda menjadi kelompok yang paling rentan dalam persaingan kerja.
Tantangan utama yang sering dihadapi pemuda dalam persaingan mencari pekerjaan meliputi:
-
Kesenjangan keterampilan (skill mismatch). Hal ini biasanya dipengaruhi oleh ketidaksesuain dunia pendidikan dan dunia kerja.
Minimnya pengalaman kerja
Keterbatasan akses terhadap pelatihan dan informasi kerja.Â
Di sisi lain, digitalisasi juga menuntut pemuda untuk memiliki literasi digital yang tinggi, yang belum sepenuhnya merata di seluruh lapisan masyarakat. Ditambah lagi, pemuda sering kali terjebak dalam pekerjaan informal atau sistem ekonomi gig yang fleksibel tetapi tidak menjamin keamanan kerja dan kesejahteraan jangka panjang.
Jika dikaitkan dengan teori Bourdieu, teori ini mampu menjelaskan korelasi antara studi kepemudaan dengan kelas sosial di tengah-tengah perubahan sosial yang dinamis. Adanya perubahan ini perlu menjadi variabel pertimbangan karena mempunyai pengaruh terhadap kehidupan kaum muda. Cara kerja pendekatan Bourdieu dapat ditinjau dari bagaimana pemuda mengenali peran penting aspek sosial mengenai bagaimana kelas sosial beroperasi dengan cara sangat beragam dan rumit sehingga berpengaruh dalam kehidupan pemuda di era kontemporer.
Karena pengaruh kompetisi yang semakin ketat ini, dianggap memberikan tekanan psikologis dan sosial terhadap pemuda. Banyak di antara mereka mengalami underemployment (bekerja tidak sesuai keahlian) atau bahkan kehilangan kepercayaan diri akibat sulitnya mendapatkan pekerjaan. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga berpotensi menimbulkan ketegangan sosial apabila tidak ditangani melalui kebijakan yang tepat.
Mengenai hal tersebut, Pemerintah Indonesia menyadari bahwa tingginya tingkat pengangguran pemuda merupakan tantangan serius dalam pembangunan nasional. Sebagai respon terhadap kompetisi pasar tenaga kerja yang semakin ketat, Negara telah mengambil berbagai langkah strategis untuk meningkatkan daya saing pemuda. Salah satu kebijakan utama adalah peluncuran program Kartu Prakerja, yang bertujuan memberikan pelatihan kerja dan insentif bagi para pencari kerja termasuk lulusan baru dan korban pemutusan hubungan kerja. Program ini dirancang untuk mengurangi kesenjangan keterampilan (skill gap) antara pendidikan formal dan kebutuhan industri. Selain itu, pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) juga terus mendorong penguatan pada sektor pendidikan vokasi, pelatihan berbasis kompetensi, serta kerja sama industri-sekolah untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja muda. Selain itu, pengembangan kewirausahaan pemuda perlu difasilitasi agar mereka tidak hanya bergantung pada pasar kerja formal, tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja sendiri.
Negara juga mendukung perkembangan kewirausahaan pemuda melalui program wirausaha muda pemula, pemberian bantuan insentif UMKM, dan akses pembiayaan mikro. Namun, tantangan tetap ada terutama terkait persebaran program yang belum merata, serta kebutuhan akan evaluasi kebijakan berbasis bukti. Oleh karena itu, respons negara terhadap persoalan ini perlu terus diperkuat dengan pendekatan lintas sektor, berbasis inklusi, dan berorientasi pada keberlanjutan guna memastikan pemuda memiliki peluang kerja yang adil, layak, dan bermartabat.