Mohon tunggu...
Mita Cornila
Mita Cornila Mohon Tunggu... Mahasiswa - murid

Bukan orang kreatif, tapi maksa terjun di dunia kreatif.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mempersiapkan Kegagalan

20 Oktober 2022   16:30 Diperbarui: 8 September 2024   10:49 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Ulrike Mai dari Pixabay 

Ini yang bahaya, ketika kita hanya diberi tahu tentang keindahan tanpa diberitahu pahitnya perjuangan. Kalian pernah merasakan kegagalan? Atau sebuah kekecewaan? Coba kalian bandingkan ketika mendapat rasa bahagia dan rasa kecewa? Berat mana? Tentunya berat ketika kita mendapat rasa kecewa. Rasa kecewa, rasa gagal itu akan lebih membekas dalam diri kita ketimbang rasa bahagia, iya tidak?"

Kurang lebih seperti itulah diskusi kelas kami saat itu. Tentang perbedaan rasa bahagia dan kecewa. Namun sayangnya saya tidak menelisik lebih dalam mengenai makna "mempersiapkan kegagalan". Hingga akhirnya, dalam suatu waktu saya merasakan sebuah kegagalan. 

Gagal masuk universitas impian dengan jurusan impian. Kegagalan yang, sebenarnya wajar dialami karena itu banyak dirasakan oleh mereka para calon mahasiswa. Namun, kegagalan itu nyatanya sangat memengaruhi  hidup saya, yang membuat saya seakan terus marah dengan diri saya sendiri selama kira-kira dua tahun. Dari satu kegagalan itulah saya mengerti akan pentingnya "mempersiapkan kegagalan" atau lebih tepatnya siap untuk gagal. 

Meski sekarang status saya yang juga menjadi mahasiswa, rasa gagal itu bahkan tetap menyelimuti diri saya dan gagal-gagal yang lain yang mungkin memang akan terjadi. Karena beberapa hal, saya cukup sadar akan posisi saya yang berada "di tempat yang tidak diinginkan." Entah bagaimana Tuhan membawa saya menjadi mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, sementara saya hanyalah anak lulusan SMA tanpa pengalaman mondok. Saat itu saya lupa cara menolak.

Menyerah di tengah jalan, tidak lulus, tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai dan tidak-tidak yang lain, itu sempat dan bahkan sering terlintas dalam benak saya.  

Saya sadar akan hal itu. Maka dari itu, saya berusaha untuk menghindari list-list kegagalan tersebut, seperti dengan belajar lebih untuk mengejar ketertinggalan. Sisanya, saya menjalankan rencana lain yang mungkin dapat mengatasi dari rasa gagal yang mungkin terjadi. Salah satunya dengan mendalami hobi yang memiliki peluang dapat digunakan untuk survive di masa depan atau tetap menyambi mengejar mimpi yang telah dirancang di awal.  

Meski saat ini juga belum tahu hasilnya seperti apa.

Saya rasa, memang selain menuliskan impian-impian, kita mungkin juga perlu menuliskan kegagalan-kegagalan yang dapat terjadi. Menurut saya, ini berbeda dengan overthinking.  Dengan memahami kegagalan yang mungkin terjadi sekaligus dampak apa yang ditimbulkan olehnya, maka akan muncul dua rasa siap: siap berjuang demi menghindari kegagalan itu dan siap menerima kegagalan apabila tetap terjadi. Sehingga, perasaan akan menjadi lebih terkontrol, tidak berlarut sedih dalam menerima kegagalan dan bahkan tidak berlarut senang ketika kebahagiaan atau kesuksesan itu tercapai.   

Kita tetap perlu berusaha dengan maksimal, namun tetap mempersiapkan kemungkinan terburuknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun