Mohon tunggu...
Misericordias Domini
Misericordias Domini Mohon Tunggu... -

@Greet_la23

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

SEDAYA 2018, Melestarikan dan Memperkenalkan Kebudayaan Dayak

15 Desember 2018   22:32 Diperbarui: 15 Desember 2018   23:13 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembukaan SEDAYA 2018, di Taman Kuliner Condong Catur, Sleman, (1/12/2018). (Dok.pribadi)

SEDAYA? Mungkin banyak yang masih bertanya-tanya apa itu SEDAYA. SEDAYA (Seni Dayak Atma Jaya) merupakan acara rutin tiga tahunan yang diselenggarakan oleh KBMDA (Keluarga Besar Mahasiswa Dayak Atma Jaya Yogyakarta). 

Tahun 2018 ini, SEDAYA kembali digelar di Taman Kuliner Condong Catur, Sleman, Yogyakarta, pada 1 Desember 2018. SEDAYA sudah diselenggarakan sejak tahun 2015 dan tahun ini merupakan kedua kalinya acara ini diadakan.

 "SEDAYA tahun ini kami mengangkat tema hilang karena menurut kami kebudayaan-kebudaayaan Dayak ini  sudah hampir hilang. Terutama, Sape dan tato sudah kurang peminatnya oleh orang Dayak itu sendiri,"ujar Marihot Tua Sitohang, ketua penyelenggara SEDAYA 2018, di Taman Kuliner Condong Catur, Sabtu (1/12).

"Jadi kami disini bertujuan untuk meingatkan kepada mahasiwa-mahasiswa Dayak bahwa kebudayaan ini harus tetap dilestarikan. Selain itu, kami juga ingin memperkenalkan kebudayaan Dayak kepada mahasiwa-mahasiwa di luar Dayak," imbuhnya.

Acara ini terbuka bagi umum dan tidak dipungut biaya, pengunjung cukup mengisi buku tamu saja untuk medapat akses masuk. Tepat di depan pintu masuk terdapat panitia yang berjaga dengan mengenakan pakaian adat Dayak dan menyuguhkan minuman tradisional Dayak yaitu Tuak. Tuak yang disuguhkan adalah produksi rumahan yang dibuat sendiri oleh panitia.

Dalam acara ini panitia juga menyediakan dua stand di dekat pintu masuk. Stand pertama merupakan stand hand tapping tattoo dengan seniman Ricky Honda. Tato ini termasuk jenis tato tradisional Dayak yang keberadaannya sudah mulai jarang ditemui. 

Proses pembuatan tato ini menggunakan alat berupa tongkat kayu dengan panjang berkisar 30 cm, dimana pada bagian ujungnya  terdapat jarum dan satu tongkat lagi dengan panjang yang sama, namun diameternya lebih besar. Serta, tinta yang dituangkan dalam batok kelapa.

Proses hand tapping tattoo. (Dok.Pribadi)
Proses hand tapping tattoo. (Dok.Pribadi)
Stand kedua diisi oleh Sekretariat Bersama J.C. Oevang Oeray Kalimantan Barat. Terdapat kerajinan-kerajinan tangan dari dayak, seperti tas, dompet, ikat kepala, kain dipamerkan di stand ini. Tak lupa juga dipertontonkan beberapa foto kejadian-kejadian penting di Dayak.

Dalam rangkaian acara SEDAYA 2018 diselenggarakan juga perlombaan Sape. Sape merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Dayak dan  dimainkan dengan cara dipetik. Perlombaan Sape ini diikuti oleh enam orang peserta. Pemain Sape kondang dan terkenal dikalangan orang-orang Dayak, yaitu Ardo, Adi dan Ongki menjadi juri untuk perlombaan Sape ini.

Acara ini turut disemarakkan oleh penampilan dari komunitas dan kelompok musik Universitas Atma Jaya Yogyakarta, seperti  Delacroix, Seni Budaya Nusantara, Pria Tamasya, Komunitas Tari UAJY dan Law Coustic.

Penampilan dari komunitas tari UAJY. (Dok.Pribadi)
Penampilan dari komunitas tari UAJY. (Dok.Pribadi)
"Saya berharap acara ini semakin menambah kesadaran mahasiswa Dayak untuk melestarikan kebudayaannya dan dapat menjadi ajang perkenalan kebudayaan Dayak bagi mahasiswa luar Dayak. Saya juga berharap acara ini bisa terus berkembang dan bertambah besar sehingga mahasiswa universitas luar Atma Jaya menjadi banyak yang ikut berpartisipasi," harap Marihot.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun