Mohon tunggu...
Misbahuddin Moerad
Misbahuddin Moerad Mohon Tunggu... Dosen, Traveling dan Pendaki

Pendaki Gunung

Selanjutnya

Tutup

Trip

Malam Penutupan: Hangat Bersama Warga Osing

20 Oktober 2025   05:30 Diperbarui: 20 Oktober 2025   05:30 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Selesai menikmati sore di Savana Sadengan, malamnya kami diajak menuju sebuah kampung di kawasan warga Osing, penduduk asli Banyuwangi yang masih setia menjaga tradisi dan keseniannya. Jalanan mulai redup, udara lembap setelah senja, dan aroma tanah basah seolah membawa kami masuk ke halaman rumah yang penuh cerita.

Di tengah kampung berdiri sebuah pendopo kayu, diterangi lampu minyak dan lentera bambu. Di sanalah kami disambut dengan senyum ramah, suara gamelan lembut, dan wangi kopi Osing yang baru diseduh. Tak lama, seorang penari Gandrung yang pernah membawa nama Banyuwangi hingga ke luar negeri menyapa kami. Ia bercerita dengan nada rendah hati bagaimana setiap langkah tarinya adalah doa agar keharuman "banyu wangi" air yang harum terus dikenal di seluruh dunia.

Malam itu kami duduk lesehan bersama warga. Hidangan tradisional terhidang di atas daun pisang: pecel pitik, ikan bakar, nasi tempong, sambal terasi, dan es kelapa muda. Di sela-sela santapan, gelas-gelas tanah liat berisi kopi hitam bergilir di antara tawa dan obrolan ringan.

Beberapa anak muda menampilkan tarian Gandrung dengan gerak lembut dan senyum yang memikat, diiringi suara saron dan kendang. Kami bertepuk tangan, sebagian ikut menari, dan sisanya hanya menikmati keindahan malam di bawah cahaya remang lampu minyak.

Ketika acara penutupan tiba, pihak tuan rumah menyerahkan anyaman bambu kecil sebagai cendera mata. Tak ada perpisahan yang kaku, hanya saling menyalami dengan tatapan hangat.
Malam itu, Banyuwangi berpamitan dengan cara terbaik, melalui senyum, kopi, dan irama budaya Osing yang tulus. Kami pulang membawa rasa syukur; perjalanan ini bukan sekadar wisata, tapi pelajaran tentang keharmonisan antara manusia, alam, dan tradisi.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun