Perjalanan kami berlanjut ke tempat yang mungkin tak seramai destinasi wisata lainnya, tapi punya makna sejarah yang dalam  Makam Trah Mataram di kawasan Trowulan, Mojokerto. Di sinilah jejak keturunan raja-raja Mataram berpadu dengan peninggalan masa Majapahit, membentuk garis sejarah yang panjang dan saling bertaut.
Begitu memasuki area makam, suasananya langsung berubah. Teduh, hening, dan penuh rasa hormat. Pepohonan besar menaungi jalan setapak yang mengarah ke kompleks utama. Udara lembab bercampur dengan aroma tanah dan bunga kamboja yang gugur, menambah kesan sakral di tempat ini. Tak banyak pengunjung, hanya beberapa peziarah yang datang dengan langkah pelan dan membawa bunga tabur.
Seorang juru kunci menyambut kami dengan senyum ramah, lalu menceritakan bahwa makam ini menjadi tempat peristirahatan bagi beberapa tokoh trah Mataram yang masih memiliki hubungan darah dengan para bangsawan Jawa masa lalu. Banyak yang datang bukan sekadar berziarah, tapi juga ingin merasakan langsung aura sejarah yang hidup di sini.
Kami berjalan di antara batu nisan tua yang tertata rapi. Beberapa sudah berlumut, tapi masih terawat. Di dinding tembok terlihat ukiran sederhana, seolah mengingatkan bahwa kemegahan masa lalu akhirnya akan bermuara pada ketenangan abadi. Tak ada yang berlebihan di sini semuanya sederhana tapi bermakna.
Sambil berdiri di sisi makam utama, pikiran kami melayang ke masa lampau, pada kisah kerajaan besar, perebutan kekuasaan, dan perjalanan panjang budaya Jawa yang lahir dari nilai-nilai luhur. Di tempat sunyi seperti ini, terasa jelas bahwa sejarah bukan hanya tercatat di buku atau prasasti, tapi juga di ruang-ruang hening seperti makam ini.
Menjelang siang, kami duduk di bawah pohon besar, menatap pelataran yang sepi. Angin berhembus lembut, membawa suara dedaunan yang bergesekan. Rasanya seperti ada pesan yang ingin disampaikan oleh waktu: bahwa setiap perjalanan, sebesar apa pun kisahnya, akan selalu berakhir pada ketenangan dan penghormatan kepada asal-usul.
Makam Trah Mataram bukan sekadar tempat peristirahatan, tapi juga pengingat  bahwa di balik setiap nama besar dan kerajaan megah, selalu ada akar yang menumbuhkan segalanya: keluarga, tradisi, dan doa yang tak pernah putus.
Akhir Perjalanan kami Wisata Sejarah di Trowulan, Nantikan Perjalanan Kami di Banyuwangi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI